IBARAT cacing saja diinjak melawan, apalagi manusia. Lastri yang sebenarnya perempuan lugu dan penurut pada suami, kini timbul rasa berontak dalam hatinya setelah mendengar suaminya telah menikah siri tanpa sepengetahuannya.
Dia merasa terhina, sehingga harus ada tindakan perlawanan. Bukan dirinya yang menjadi alasan Lastri berpikir demikian, namun lantaran ia melihat anaknya Bagus yang tengah berjuang dengan hidupnya di rumah sakit.
Sakit DBD tidak bisa dianggap sepele, karena sudah banyak korban jiwa akibat lalai dalam penanganan. Lastri tentunya tak ingin kehilangan anak sulungnya itu, setelah ditinggalkan suaminya secara pengecut.
Baca Juga: Roh Siswi yang Minta Pertolongan
Karena itu, demi kesembuhan Bagus ia harus bisa segera membawa Karman untuk menemui anaknya. Tapi di sisi lain, ia ingin memberi pelajaran pada Karman dan mengingatkan bahwa perbuatannya itu sungguh sangat tidak adil.
Lastri tidak sudi untuk menemui Karman langsung di kos-kosannya, karena menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang memalukan dengan Sita. Bagaimanapun emosi pasti akan tersulut jika mereka bertatap muka langsung.
Karena itu, ia minta kerelaan Tatik untuk menyampaikan pesannya. Lastri bisa memaklumi, Tatik berada pada posisi yang sulit. Di satu sisi ia pasti akan berpihak pada Sita sebagai sahabat kentalnmya, sedang di sisi lain cerita curahan hati yang pernah disampaikan Lastri tentunya menumbuhkan rasa simpati juga.
Baca Juga: Lintang Johar 1: Kehadiran Sutawijaya Mengobati Kehampaan Sultan Hadiwijaya
"Pak Karman, mohon maaf sebelumnya, saya tadi bertemu dengan ibu Lastri," kata Tatik dengan agak ragu.
Berdesir dada Karman ada orang menyebut nama Lastri, istrinya yang sudah berbulan-bulan ia lupakan begitu saja. Sementara ia mencoba tetap tenang, karena di sisinya ada Sita yang menggelayut dengan manja.
"Ooh ya, apa yang dibicarakan?" ujar Karman asal bicara.
"Saya kira Pak Karman perlu tahu, karena tadi Ibu menyampaikan kabar bahwa Bagus putra Bapak sekarang sedang sakit dan mondok di rumah sakit."
Baca Juga: Ponpes di Samarinda Belum Punya Masjid, Ruang Kelas dan Tempat Tidur Menyatu
Kini Karman terhenyak, nama Bagus yang disebutkan dan sekarang sedang sakit pula. Nalurinya sebagai seorang ayah tak bisa dibohongi, ada rasa penyesalan dirinya sudah melupakan anaknya tersebut.
"Kata Ibu, Bagus mengigau memanggil-manggil Bapak. Ia kangen ingin bertemu Bapak."
Semakin pedih hati Karman mendengar penuturan Tatik. Sementara Sita hanya tercenung. Dalam hati kecilnya ada rasa berdosa, dirinya telah merebut Karman dari sisi Bagus dan ibunya. Meski berat, Sita pun menganjurkan Karman agar segera menemui Bagus di rumah sakit.
Baca Juga: Tano Aura Kenalkan Lagu 'Will You Stay' Lewat Mini Album
Tangis Karman pun tak terbendung, manakala ia memeluk Bagus dalam kondisi sedang sakit. Begitu pula dengan Bagus, rasa suka cita bertemu dengan ayahnya ia curahkan lewat tangis bahagia. Secara medis sakit Bagus memang belum sembuh, namun secara psikologis ia langsung menjadi kuat dan tentu akan berpengaruh pada proses penyembuhan lebih cepat.
"Yah Allah, terima kasih Engkau tekah membukakan hati suamiku untuk bersedia menemui anakku," batin Lastri sekalipun hatinya terasa perih. (Bersambung)