kearifan

Ki Ageng Makukuhan Alias Sunan Kedu 11: Petilasannya Masih Menjadi 'Punden' dan Dihormati

Rabu, 15 Desember 2021 | 08:08 WIB
Makam Nyi Rantamsari yang sering diziarahi. (Dok. Amat Sukandar)

harianmerapi.com - Nama Ki Ageng Makukuhan alias Sunan Kedu sangat harum di seluruh wilayah Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Karena dari darma baktinya dalam menyiarkan agama Islam di daerah ini. Hampir semua warga di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro mengagungkan namanya, lebih-lebih para muridnya.

Ketika Ki Ageng Makukuhan wafat di desa Kedu, jenazahnya menjadi rebutan para kawula di wilayah Sumbing – Sindoro.

Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 1: Awal Perkenalan Dua Insan Lain Jenis yang Tidak Disengaja

Mereka ingin menghormati Ki Ageng Makukuhan dengan merawat dan memakamkannya di tempatnya masing-masing.

Ada yang ingin memakamnya di Gunung Sumbing, dan ada yang ingin memakamnya di Gunung Sindoro. Perebutan jenazah Ki Ageng Makukuhan itu terjadi di Sungai Galeh, yaitu tapal batas antara Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Sehingga, Ki Ageng Bagelen ikut menengahinya agar tidak terjadi perdebatan dalam perebutan jenazah tersebut.

Baca Juga: Cerita Horor Diteror Orang-orangan Sawah karena Buang Air Kecil Tidak Permisi

Akhirnya disepakati, jenazah Ki Ageng Makukuhan akan dimakamkan di Gunung Sumbing. Upacara perawatan jenazah dilakukan para murid di Gunung Sumbing.

Kemudian jenazah Ki Ageng Makukuhan dipikul mendaki ke puncak Gunung Sumbing. Tiba di dekat desa Dekol, para pengusung jenazah merasa lelah dan istirahat sebentar untuk minum. Tempat untuk beristirahat itu, kini disebut desa Ndayan.

Setelah rasa lelah menghilang, perjalanan mengusung jenazah dilanjutkan lagi. Sampai di suatu tempat ada salah seorang pengusung jenazah yang ingin buang air besar, mereka berhenti lagi.

Baca Juga: Cerita Lucu Kita Tidak Pernah Janji untuk Lahir Bersama dan Mantrol Hujan Pengganti Jaket

Tempat ini kini disebut desa Pablengan. Ketika sampai di dusun Cepit desa Pagergunung, mereka juga berhenti untuk melaksanakan sholat. Tempat untuk bersembahyang itu kini namanya Keramat di dusun Wonosari.

Perjalanan mereka melewati Watu Lanang dan padang pasir. Perjalanan itu cukup berat, sehingga ketika mereka sampai di padang pasir semua merasa sangat kelelahan dan beristirahat.

Karena sangat lelahnya, mereka semua tertidur. Ketika terbangun, mereka sangat terkejut karena jenazah Ki Ageng Makukuhan hilang.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB