harianmerapi.com - Mata Jumanto berkaca-kaca, manakala mengenang masa lalu. Dua puluh lima tahun yang lalu, ia telah melakukan tindakan bodoh.
Di saat seharusnya seluruh perhatian dicurahkan untuk anak dan istri, ia malah berselingkuh dengan janda kembang. Semua nasihat dan masukan dari teman-temannya ia abaikan.
Bahkan kemudian nekad membawa lari si janda kembang dan meninggalkan anaknya yang baru berusia beberapa bulan.
Saat itu Jumanto memang seperti sudah kerasukan setan. Ia benar-benar melupakan keluarganya dan lebih memilih si janda kembang itu, Tinuk.
Baca Juga: Cerita Misteri Bercinta dengan Gendruwo Melahirkan Anak Berbulu di Seluruh Tubuhnya
Godaan syahwat rupanya lebih besar ketimbang pikiran rasionalnya. Istri yang setia dan anak yang masih berujud bayi mungil, ditinggalkan begitu saja.
Padahal saat itu Jumanto datang hanya membawa badan dan tinggal menjalani hidup dengan nyaman di rumah mertua. Namun semua tak ada artinya dibanding kerling mata Tinuk yang menggoda.
"Anakku sekarang pasti sudah dewasa. Bagaimana nasibmu, Nak?" kata Jumanto dalam hati.
Baca Juga: Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak, Ini Lima Aspek yang Harus Diperhatikan
Tak terasa airmata menetes di pipinya. Yang diingat Jumanto hanya namanya saja, Jimanto, yang biasa dipanggil Jiman.
Sedang wajahnya tidak ada bayangan sama sekali, karena saat ditinggal pergi anak itu masih berusia lima bulan.
Jumanto belakangan jadi sering teringat Jiman, terutama sejak putrinya hasil hubungannya dengan Tinuk, meninggal akibat penyakit kanker. Hidupnya terasa hampa, karena putri yang menjadi harapan masa depannya itu telah pergi.
Baca Juga: Cerita Lucu Kita Tidak Pernah Janji untuk Lahir Bersama dan Mantrol Hujan Pengganti Jaket
Selama berumah tangga dengan Tinuk, Jumanto juga tak merasakan kebahagiaan secara utuh. Sepertinya ada-ada saja cobaan yang harus ia alami.
Mulai beberapa kali di PHK dari pekerjaannya, Tinuk yang sering menderita sakit-sakitan, hingga akhirnya sang putri tunggalnya harus pergi lebih dulu.