harianmerapi.com - Suasana manis hubungan Marjina dengan Harjino ternyata rasanya tak terlalu lama. Pelan tapi pasti, Marjina mulai merasakan pahit karena menjadi seorang istri simpanan.
Selain cibiran tetangga yang tak henti-hentinya, belakangan sikap Harjino juga sudah mulai berbeda. Dulu hampir setiap hari datang menyambangi, tapi lama-lama mulai berkurang.
Dari tiga hari sekali, seminggu sekali, dua minggu sekali, dan yang terakhir sudah satu bulan Harjino tidak pernah menengok lagi.
Baca Juga: Misteri Kereta Dorong Anak Balita yang Dibawa Noni Bule
Marjina mulai kelimpungan, karena uang yang diberikan Harjino sudah menipis. Jangankan untuk bersenang-senang, sementara untuk makan saja harus super irit agar esok perut tetap bisa terisi.
Yang membuat Marjina makin jengkel, setiap dihubungi lewat handphone Harjino tidak bisa. "Telepon yang anda hubungi sedang dialihkan". Hanya itu suara yang terdengar dari hapenya.
Pikiran buruk pun mulai menghantui Marjina. "Jangan-jangan Mas Harjino meninggalkan diriku begitu saja. Tapi dulunya ia janji akan menjamin hidupku, sekalipun tidak ada ikatan resmi lewat pernikahan. Ini belum ada setahun, mengapa sudah berubah sama sekali, ya," kata batin Marjina.
Baca Juga: Arwah Pak Kardin Hanya Mau Kue Apem Bikinan Bu Sujak
Saat tengah melamun, tiba-tiba Marjina dikejutkan suara ketukan pintu. Spontan hatinya girang, karena menduga yang datang pasti Harjino. Segera ia berlari menuju pintu depan, tak sabar untuk melihat orang yang dirindukannya itu.
Tapi begitu membuka pintu, Marjina dibuat kecewa. Ternyata yang datang orang lain. Setelah dipersilakan duduk, Marjina makin dibuat kaget, mengetahui maksud dan tujuan kedatangan tamu tak diundang itu.
"Jadi begini Bu, kami datang untuk menanyakan masalah beberapa tagihan yang sudah nunggak beberapa bulan terakhir," kata tamu tersebut.
Baca Juga: Wewe Gombel Ngamuk Gara-gara Dibilang Wanita Nakal
"Tagihan apa ya Pak?" tanya Marjina, karena memang tidak tahu sama sekali kalau selama ini dirinya punya utang atau kredit.
"Tagihan semua perlengkapan di rumah ini, Bu. Furniture dan semua barang elektronik, dulu bapak mengambil secara kredit di tepat kami," kata sang tamu, yang membuat Marjina seperti disambar petir. Ternyata para tamu itu para penagih utang. (Bersambung) *