Kedua, Nabi yakin bahwa Allah SWT pasti akan membela dan memenangkan orang-orang yang membela dan memperjuangkan agama-Nya, sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad, 47:7).
Baca Juga: Landasan utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia
Ketiga, Nabi dan para sahabat benar-benar berjihad (berjuang sekuat-kuatnya) untuk tersiarnya Agama Islam dan yakin akan mendapatkan kemuliaan dan kemenangan, sebagaimana firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunuukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang yang berbuat baik”. (QS. An-Ankabut, 29:69).
Keempat, Nabi berkehendak sekali dengan kemauan yang sangat kuat, memikirkan umat manusia agar mau mengikuti petunjuk agama, sehingga mempunyai perasaan yang sangat berat manakala mendapatkan para sahabat dan pengikutnya tidak mengikuti tuntunan Kitab Suci A-Qur’an.
Firman Allah SWT : “Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. Al-Furqan, 25:30).
Dikarenakan Rasulullah berat memikirkan umatnya yang banyak meninggalkan Kitab Suci Al-Quran, beliau hampir saja rusak badannya, sebagaimana firman-Nya :
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya meeka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran)”. (QS. Al-Kahfi, 18:6).
Baca Juga: Lima syarat taubat nasuha, salah satu diantaranya bertekad untuk tidak mengulangi dosa
Kelima, Nabi Muhammad SAW sangat kasih sayang dengan umatnya dan sangat berharap agar ummatnya memperoleh kebahagiaan dunia-akhirat, sebagaimana firman-Nya :
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS. At-Taubah, 9:128).
Keenam, Rasulullah SAW sangat tinggi himmah kemauan dan memiliki budi pekerti yang agung, sebagaimana firman-Nya :
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. Al-Qalam, 68:4).
Rasulullah SAW tidak pernah cacat di masyarakatnya. Selain karena terlahir dari keluarga mulia, Nabi Muhammad SAW juga selalu dikenal hanya mengerjakan perbuatan yang mulia saja.