HARIAN MERAPI - Secara bahasa, taubat bermakna kembali, artinya seseorang telah kembali kepada Allâh dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allâh Azza wa Jalla.
Sedangkan secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.
Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa.
Baca Juga: Lima profil manajerial pembelajaran inklusi di Indonesia
Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.
Seorang muslim akan berusaha terus melakukan hal itu agar rasa takut dan optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya.
Dengan demikian, ia berdoa senantiasa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan penuh harap dan cemas agar Allâh Azza wa Jalla berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.
Taubat yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat;
Pertama, hendaknya taubat itu dilakukan dengan ikhlas, artinya taubat yang mendorong seseorang untuk meningkatkan kecintaannya kepada Allâh Azza wa Jalla, pengagungannya terhadap Allâh, harapannya untuk pahala disertai rasa takut akan tertimpa adzab-Nya.
Ia tidak menghendaki dunia sedikitpun dan juga bukan karena ingin dekat dengan orang-orang tertentu.
Baca Juga: Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia
Jika ini yang dia inginkan maka taubatnya tidak akan diterima.
Karena ia belum bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla namun ia bertaubat demi mencapai tujuan-tujuan dunia yang dia inginkan.
Kedua, menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan.
Taubat seperti ini adalah taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.
Artikel Terkait
Namimah, Dosa Lisan yang Sangat Dicela dalam Al Quran dan Hadits
Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT
Pengalaman Beragama Syarat Raih Ketakwaan dan Keberkahan Hidup, Ini Enam Hal yang Perlu Dipahami
Bekerja Sebagai Ibadah, Ini Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi