HARIAN MERAPI - Jin adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari api, mukallaf seperti manusia, di antara mereka ada yang patuh dan ada yang durhaka.
Yang pertama kali durhaka adalah iblis dan anak cucunya disebut syaitan atau setan.
Orang yang secara sadar atau tidak menjadi pengikut syaitan disebut Hizbus Syaitan, sebagaimana firman-Nya: “Syaitan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa golongan syaitan itulah golongan yang rugi. Orang-orang munafik itu menjadi pendusta karena diri mereka sepenuhnya dikendalikan Iblis”. (QS. Al-Mujadalah; 58:19).
Baca Juga: Visi berkeluarga Muslim: Baiti Jannati
Untuk dapat menguasai dan membuat manusia lupa dengan Allah, syaitan menempuh dua cara; yaitu tadhlil (menyesatkan) dan takhwif (menakut-namuti) untuk menyatkan kebenaran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh syaitan dalam menyesatkan manusia adalah:
Pertama, dengan waswasah (bisikan) sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS, 114:1-6).
Kedua, nisyan (lupa), sebagaimana firman-Nya: “Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika syaitan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim.” (QS. Al-An’am; 6:68).
Baca Juga: Sinergitas Tri Pusat Pendidikan Anak untuk pendidikan anak yang lebih baik
Ketiga, tamani (angan-angan kosong) sebagaimana firman-Nya: “Dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).” Barangsiapa menjadikan syaitan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.” (QS, An-Nisa’; 4:119).
Keempat, wa’dun (janji palsu), sebagaimana firman-Nya: Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku.” (QS. Ibrahim; 14:22).
Baca Juga: Memaknai sifat Shiddiq Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari
Kelima, kaidun (tipu daya), sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan syaitan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah.” (QS. An-Nisa’; 4:76).
Keenam, shaddun (hambatan), sebagaimana firman-Nya: “Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. An-Naml; 27:24).
Ketujuh, ‘Adawah (permusuhan), sebagaimana firman-Nya: “Dengan minuman keras dan judi itu, syaitan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” (QS. Al-Maidah; 5:91).