Mengenang Prof Azyumardi Azra

photo author
- Senin, 19 September 2022 | 12:00 WIB
Tangkapan layar - Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra ketika membuka acara Peluncuran Hasil Survei Indeks Kemerdekaan Pers 2022, dipantau di platform Zoom Meeting, dari Jakarta, Kamis (25/8/2022).  (ANTARA/Putu Indah Savitri)
Tangkapan layar - Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra ketika membuka acara Peluncuran Hasil Survei Indeks Kemerdekaan Pers 2022, dipantau di platform Zoom Meeting, dari Jakarta, Kamis (25/8/2022). (ANTARA/Putu Indah Savitri)


“Ya, itulah yang antara lain yang menghabiskan waktu Prof dan harus dilayani. Setiap hal yang menjadi berita di media, bisa langsung ditanyakan ke Dewan Pers,” kata saya.

 

***


Terakhir saya bertemu Prof Azyumardi Azra di Bali, saat pelatihan Ahli Pers 31 Agustus-2 September lalu. Saat bertemu dia langsung berkata, “Bagaimana Alesso?,” maksudnya anak bungsu saya Alesandro yang kuliah di UIN Jakarta. “Masih masa orientasi, Prof,” jawab saya. Saya memang pernah bercerita, anak kami yang lulusan Pesantren di Makassar, bercita-cita kuliah di UIN, entah di Yogyakarta atau Jakarta, tapi akhirnya diterima di Jakarta, tempat almarhum aktif mengajar S2 sampai akhir hayatnya.

Kami berpisah di restoran setelah sarapan diserta diskusi ringan bersama antara lain Yosep Adi Prasetyo dan Ketua PWI Kaltim, Endro karena beda pesawat, beliau pesawat siang, saya sore. “Salam sama istri ya Pak,” katanya. Ya kebetulan memang waktu pernikahan putri dari rekan Asep Setiawan di Masjid Raya Bintaro, Prof Azyumardi dan istri, berbincang-bincang dengan saya dan istri agak lama, sehabis akad nikah. Istri beliau dan istri saya cepat akrab.

Memang aktivitas Prof Azyumardi Azra di Dewan Pers begitu dilantik tergolong tinggi, sebagai bukti dari tanggung jawab mengemban jabatan. Semua acara praktis diikuti, yang tentu melelahkan. Yang menjadi keprihatinan almarhum adalah tentang akan segera disahkannya RUU KUHP padahal masih banyak pasal atau ayat yang berpotensi mengekang bahkan menjerat pers dan wartawan kalau tidak dikoreksi. Ketua Dewan Pers beserta anggota intensif melobi ke fraksi-fraksi di DPR, setelah sebelumnya menyampaikan catatan perbaikan di Menko Polhukam Mahfud MD.

Baca Juga: Penuhi sembako bagi masyarakat, Pemkab Sleman gelar pasar murah

Ketika ada acara Evaluasi Survei IKP di Yogya, beliau sempat kelelahan gara-gara pesawat yang membawa kami dari Jakarta ke New Yogyakarta tertunda keberangkatannya. Saat mendarat, terpaksa menunggu belasan menit untuk dapat angkutan. Perjalanan ke kota juga memakan waktu lama karena adanya perbaikan jalan sehingga ada buka tutup. Malangnya lagi, karena hari Minggu dan Jalan Malioboro ditutup, supir yang tidak berpengalaman menurunkan kami di ujung jalan arah Tugu. Dari situ terpaksa disambung becak. Melelahkan.

Keesokan harinya, di ruangan acara, dia bertanya ke saya.

“Pak Hendry, ini apa saya harus mengikuti semua acara ya. Capek juga kalau semua harus saya datangi,” katanya setengah mengeluh.
“Silakan diwakilkan, Pak. Saya dulu sering diberi tugas Ketua apalagi kalau sifatnya internal,” kata saya. “Bapak pilih yang dianggap perlu saja.”
Khususnya setelah pertengahan tahun, program kerja mulai dilaksanakan dengan intensif dan setiap komisi mengadakan acara yang telah ditetapkan.

Survei IKP dengan FGD-nya, Uji Kompetensi Wartawan, dilakukan di 34 provinsi, lalu ada juga Verifikasi Faktual, dan berbagai macam yang dilakukan di luar Jakarta. Maka jumlah 9 anggota Dewan Pers, karena minimal harus ada yang hadir untuk memimpin atau membuka acara tersebut, terasa kurang. Sebab umumnya juga masih bekerja di perusahaan atau lembaga masing-masing dan hanya bekerja paruh waktu di Dewan Pers.

Baca Juga: Lowongan kerja terbaru, PT KAI buka pendaftaran di Job Fair Palembang pada 20-22 September 2022

Bagi mereka yang biasa aktif di organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers atau yang sudah terbiasa terlibat dalam kegiatan Dewan Pers, entah sebagai anggota Kelompok Kerja, atau Gugus Tugas, atau kepanitiaan, atau sebagai Tenaga Ahli, intensitas pekerjaan ini mungkin sudah tidak masalah, tubuh sudah dapat menyesuaikan diri. Bagi yang belum memang melelahkan, karena pekerjaan full timer sementara status hanya part timer.


***


Kesan saya, Prof Azyumardi Azra adalah orang yang sangat berdedikasi dan egaliter, selain tentu seorang intelektual yang mengagumkan dan memiliki kredibilitas tinggi. Sederhana, apa adanya, dan tidak peduli dengan statusnya. Santai saja. Cepat akrab dengan siapa saja dan integritasnya kukuh terjaga. Satu hal yang pasti tentang Dewan Pers, dia ingin koleganya mampu menjaga martabat dan kewibawan lembaga tanpa cacat, menjaga jarak dengan kekuasaan, independen, dan berfikir kritis.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X