harianmerapi.com - Ketika ingin membangun sebuah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (keluarga sSamara) dapat kita melihat dengan atau dari sudut pandang surat Al-Fatihah.
Konsep yang ada dalam surat ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan membangun sebuah keluarga Samara.
Mulai dari bacaan Basmalah hingga penutup dengan bacaan pengabulan harapan, semuanya penuh makna yang sangat luar bisa.
Baca Juga: Hikmah dan keutamaan dari pelaksanaan ibadah Idul Adha
Marilah kita coba untuk merenungi makna yang ada secara sederhana dan aplikatif bagi kehidupan berkeluarga.
Bacaan basmalah: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang”.
Ketika memulai sesuatu kita diwajibkan memulai dengan mengawalinya atas nama Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Apalagi ketika akan membangun sebuah bangunan keluarga yang diikat dengan nama-Nya, yang bernama pernikahan, maka sudah seharusnyalah mengawali dengan izin dari Sang Pencipta, Allah SWT.
Bukan dengan yang lainnya untuk meluruskan segala sesuatu yang menyertainya.
Baca Juga: Kewajiban suami kepada istri; Salah satunya memberi nafkah sesuai dengan kemampuan
Awalan basmalah merupakan pembuka dari segala pilihan dan pijakan sehingga seseorang ketika hendak membangun bahtera rumah tangganya terpagari oleh rambu-rambu ilahiah sekaligus kontrol bagi diri dan pasangan hidupnya dalam menjalani kehidupan berkeluarga.
Bacaan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. Konsep bacaan hamdalah adalah konsep syukur.
Dalam kehidupan rumah tangga apabila tidak ada konsep syukur yang dikembangkan maka yang ada adalah kesia-siaan kehidupan dan kekufuran terhadap nikmat.
Hal yang wajar ketika berkeluarga harus terjamin sandang, pangan dan papan, ditambah lagi sesuatu pelengkap lainnya seperti fasilitas untuk mobilitas usaha, dan harta investasi.
Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang terjebak ke dalam konsep materialistik buta tanpa landasan, yang mengabaikan konsep ilahiah.