Karena itu, selama Herakiius berdiam di negeri Syam, terus berdaya upaya mencari jalan bagaimana dapat menyerang pasukan kaum muslimin dan menghancurbinasakan ibu kota pemerintahannya, yaitu kota Madinah.
KH Moenawar Chalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad jilid 3, menuliskan salah satu strategi Romawi adalah dengan diam-diam, Heraklius memerintahkan kepada para raja di kabilah-kabilah Arab yang kecil-kecil yang masih menjadi bawahan dan jajahannya supaya masing-masing mengumpulkan kekuatan.
Kekuatan itu selain kekuatan pasukan juga logstik sebagai persiapan menyerang kaum muslimin dan menghancurbinasakan kota Madinah.
Apalagi ketika pihak Kerajaan Romawi Timur menerima surat rahasia dari satu kabilah Arab yang memeluk agama Kristen yang menjadi jajahannya.
Di dalam surat itu antara lain dinyatakan bahwa laki-laki yang mengaku menjadi nabi itu telah binasa, kaum pengikutnya telah menderita kelaparan, dan harta kekayaan mereka telah hancur juga.
Karenanya, Heraklius mengambil suatu keputusan, yaitu mereka kaum pengikut Muhammad lebih baik dihancurbinasakan sama sekali.
Selanjutnya, Heraklius mengumpulkan tentaranya sebanyak 40.000 personel di Syam dengan persenjataan yang serba lengkap dan siap di Kota Balqa.
Pada waktu itu, seluruh kawasan Arabia, terutama di daerah Hijaz, kebetulan musim panas terik. Dikarenakan panas yang sangat itu, bangsa Arab di segenap penjuru berkeliaran kian kemari hendak mencari tempat berteduh di bawah pohon-pohon yang besar, di kebun-kebun yang sedang akan berbuah.
Peristiwa seperti itu pun dialami juga oleh seluruh kaum muslimin. Dapat dikatakan bahwa kaum muslimin ketika itu sedang menanggung kesukaran dan kesulitan sebab kebun-kebun dan tanaman-tanaman mereka belum mengeluarkan hasil sedangkan keadaan udara sangat panasnya.
Baca Juga: Rusak Parah, Jembatan Merah di Caturtunggal Sleman akan Dibangun Lagi Mulai Besok Senin
Panasnya cuaca itu menjadikan kebun-kebun dan tanaman-tanaman mereka menjadi kering dan rontok, tidak berbuah. Dapat dikatakan bahwa pada saat itu sedang dalam keadaan paceklik, musim kekurangan bahan makanan.
Penyerangan pada kaum muslimin itu disebutkan KH Moenawar Cholil pada hakikatnya, Kerajaan Romawi Timur yang besar itu, dengan sembunyi sembunyi, hendak menutupi perasaan malunya terhadap kaum muslimin karena ketidakmampuan merka menghancurkan pasukan kaum muslimin di Mu'tah dan hendak menegakkan kembali nama mereka di kalangan bangsa Arab yang berada di bawah jajahan mereka, yang di kala itu sebagian besar sudah tertarik kepada agama Islam.*