Sesama makhluk Allah di dunia fana ini, tidak ada yang dapat menjamin keselamatan, ketercukupan rizki dan kesejahteraan hidup.
Jadi, hanya kepada Allah kita mengikatkan diri.
Ketiga, mempersamakan diri di tengah makhluk seisi alam. Semua manusia adalah sama. Manusia dan benda-benda alam, seperti; tumbuh-tumbuhan, binatang, ikan, air, batu,
dan sebagainya adalah sama.
Karena itu, dengan sesama makhluk tidak dibenarkan atau tidak etis saling menyakiti, bertindak sewenang-wenang, saling mencelakakan, saling memperlakukan tidak adil dan tindakan-tindakan lain yang merugikan sesamanya.
Sebagai khalifah Allah di muka bumi manusia berkewajiban menjaga keharmonisan kehidupan di alam fana ini untuk kemudian siap mempertanggungjawabkannya atas berbagai sikap dan perilaku yang dilakukan dalam menjaga keseimbangan alam ini.
Keempat, mendidikan manusia agar selalu kreatif, apresiatif dan inovatif dalam menyikapi berbagai tantangan hidup.
Kesadaran semacam ini penting, karena setelah Allah menciptakan alam semesta dan semua isi yang ada di dalamnya, kemudian Allah tetap menjaga dan memeliharanya.
Hal ini penting sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita sehari-hari.
Baca Juga: Horor Ketika Arwah Gentayangan Minta Kakinya yang Diamputasi Ikut Dikubur
Wajah permukaan bumi sangat kaya dan luar biasa menakjubkan ini, seperti; gunung-gunung yang berdiri tegar menjulang ke langit, hutan yang luas menghijau,
sungai-sungai, sawah, ladang, dan sebagainya, merupakan khazanah pengetahuan yang menyimpan hikmah pengetahuan dan pelajaran yang sangat tinggi.
Kalimat thayyibah ini secara implisit memilki empat konsep ideal bagi kehidupan manusia dan alam sekitarnya,
yaitu konsep persaksian (ketegasan pemihakan terhadap kebenaran dan keadilan) konsep pembebasan, konsep persamaan dan konsep pendidikan.
Ini berarti bahwa keempat konsep itu saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya.