Ramadhan sebagai Syahrul Maghfirah, Bulan Ampunan

photo author
- Senin, 18 April 2022 | 03:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok Pribadi)

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 30: Belum Lama Jadi Duda, Sudah Muncul Godaan Perempuan Cantik

Ramadhan disebut bulan pengampunan, karena pada bulan ini banyak sekali sebab-sebab turunnya pengampunan Allah.

Di dalamnya ada ibadah puasa sebagai perisai dan penghalang dari dosa dan kemaksiatan serta pelindung dari neraka.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengerjakan ibadah (qiyam) pada bulan Ramadhan karena iman dan mencari ridha Allah semata, maka diampunilah dosanya yang telah lalu” (H.R.Bukhari dan Muslim).

Meminta ampunan serta berdoa ketika dalam keadaan puasa, berbuka dan ketika makan sahur, termasuk doa yang mustajab. Allah memerintahkan agar kita berdoa dan Dia menjamin mengabulkannya.

Begitu juga dengan melakukan shalat tarawih, melakukan shalat dan ibadah di malam Lailatul Qadar, yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Baca Juga: Baca Puisi Malam Selikuran di Kotagede

Ia adalah malam yang penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’anul Karim. Dan pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa melakukan shalat di malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (Muttafaq alaih).

Bahkan memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa menjadi sebab keampunan Allah.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi (sebab) ampunan dari
dosa-dosanya, dan pembebasan dirinya dari api neraka.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi dan lainnya).

Doa adalah ibadah dan akan dikabulkan apabila memenuhi kesempurnaan syarat dan bersih dari penghalang-penghalang.

Baca Juga: Penyerbuan Tentara Israel ke Masjidil Aqsa Dikecam Keras Ikatan Dai Indonesia, Ini Tuntutannya

Di antara syarat dan adab terkabulnya doa adalah kekhusyukan hati, mengharapkan ijâbah dari Allah, sungguh-sungguh dalam meminta dan tidak tergesa-gesa mengharap
pengabulan, memilih waktu-waktu dan keadaan yang mulia, memulainya dengan pujian kepada Allah dan shalawat, berusaha memilih makanan dan minuman yang halal.

Kadangkala, pengabulan doa itu tertunda, karena sebagian syarat tidak terpenuhi atau adanya sebagian penghalangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X