Kedua, belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Di sini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
Ketiga, belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan dengan aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi.
Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Keempat, pelatihan (training).
Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Kelima, belajar dengan coba-coba.
Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.
Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwasanya perkembangan emosi merupakan suatu kemampuan anak dalam berinteraksi dengan mengendalikan perasaan
dan kondisi kejiwaannya.
Reaksi anak dalam mengendalikan perasaan ini natinya akan membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya, baik dalam memecahkan masalah maupun bertingkah laku dengan orang lain.
Baca Juga: Handarbeni Gelar Pertunjukkan Seni Tari, Bagian dari Berkolaborasi untuk Kebaikan
Ada lima proses belajar yang menunjang perkembangan emosi: terdiri dari lima cara, yakni: belajar dengan cara meniru (learning by imitation), belajar dengan
mempersamakan diri (learning by identification). belajar melalui pengkondisian (conditioning), pelatihan (training), dan belajar dengan coba-coba. *