harianmerapi.com - Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW sama-sama dianugerahi kelapangan dada serta dipermudah segala urusan oleh Allah.
Namun rupanya ada perbedaan. Alquran merekam perbedaan antara keduanya. Perbedaan itu dari segi kadar atau kapasitas kelapangan dada tetapi juga substansinya.
M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah volume 15 menyampaikan Nabi Musa AS bermohon kepada Allah agar dianugerahi kelapangan dada serta dipermudah untuknya segala persoalan
‘Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku’
Sebagaimana permohonan beliau yang direkam oleh QS. Thâhâ [20]: 25-26.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 42: Datangnya Kenikmatan Saat Cita-cita Tercapai
Sedangkan Nabi Muhammad SAW memeroleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan (Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu), surah Alam Nasyrah [94] : 1
Quraish Shihab menyimpulkan bahwa yang diberi tanpa bermohon, tentunya lebih dicintai dari yang bermohon, baik permohonannya diterima, lebih-lebih bila tidak.
Di sisi lain, permohonan Nabi Musa AS adalah agar dipermudah untuknya urusan, sedang Nabi Muhammad Saw bukan sekadar urusan yang dimudahkan Allah baginya, tetapi beliau sendiri yang dianugerahi kemudahan.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 30: Hidup Berkecukupan Namun Tak Suka Bermewah-mewah
Sehingga betapapun sulitnya persoalan yang dihadapi maka dengan pertolongan Allah akan mampu menyelesaikannya.
Pertanyaannya, mengapa demikian?, karena Allah menyatakan kepada Nabi-Nya Muhammad: 'Kami akan mempermudahmu kepada kemudahan' (QS. al-A'lā [87]: 8).
Mungkin saja urusan telah mudah, namun seseorang - oleh satu dan lain sebab - tidak mampu menghadapinya.
Baca Juga: Polres Semarang Luncurkan 'Sinawang' Vaksinasi Nelayan Rawa Pening
Tetapi jika yang bersangkutan memeroleh kemudahan tersebut pada dirinya maka, walaupun sulit, urusan tetap akan terselesaikan.