Hikmah Pandemi, Belajar Menjadi Pribadi yang Tulus

photo author
- Kamis, 23 September 2021 | 06:03 WIB
Iip Wijayanto (Istimewa)
Iip Wijayanto (Istimewa)

SAAT sebelum masa pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, tanpa kita sadari bahwa koleksi penyakit hati kita cukup banyak. Di antara penyakit hati yang paling menonjol adalah iri, dengki dan hasad.

Jika ada teman yang jadi saingan kita sakit atau karirnya anjlok dan lain sebagainya, kita diam-diam merasa bahagia. Jikapun melihat teman yang sakit, ekspresinya pura-pura sedih.

Jika diminta mendoakan untuk kesehatan dan kesembuhan si teman, mendoakannya sekadar seremonial saja. Ala kadarnya dan tidak dengan hati yang hadir.

Baca Juga: Mbah Kyai Pahing 1: Orang yang Datang Mengikuti Pengajian Mujahadah Semakin Banyak

Padahal itu adalah teman yang kita mengenalnya dengan baik dalam waktu yang tidak sebentar. Dan jika ada teman yang dapat rezeki , karir atau bisnisnya naik pesat, jadi kaya raya perasaan iri tadi muncul dan hadir di dalam hati.

Seharusnyakan kita bersyukur jika ada teman kita yang sukses. Siapa tahu bisa ikut jadi sukses juga.

Nah, ciri dari hati yang sehat adalah ketika seseorang bahagia dan senang jika melihat ada teman dan sahabatnya yang bahagia dan sukses. Dan ikut susah ketika melihat ada teman-temannya yang sedang sakit ataupun kesusahan.

Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 25: Tak Ada Kesuksesan Tanpa Kerja Keras

Jika di hati masih ada persepsi gaya klasik, senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang itu indikator kuat bahwa hati yang bersangkutan memiliki penyakit hati.

Karena itu kita diingatkan: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (Q.S.AN-NISA:32)

Di masa pandemi covid-19 ini, meskipun kita mau tidak mau harus menjalani kehidupan dengan cara yang tidak biasa. Menghindari kerumunan dan interaksi langsung dengan teman dan sahabat.

Baca Juga: Siapa yang Main Kartu Remi Tadi Malam?

Lebih banyak berdiam diri di rumah sambil terus mengamati perkembangan penanganan pandemi Covid-19 global, di seluruh dunia...namun sesungguhnya, juga tanpa kita sadari bahwa hati kita sedang dilatih terus menerus, hari demi hari untuk menjadi orang yang sabar. Paling tidak sabar menahan diri tidak ke luar rumah dulu.

Dan yang lebih penting lagi, kita setiap hari terus berdo’a, mendo’akan agar pandemi Covid-19 ini segera reda. Juga mendo’akan agar tidak ada orang yang tertular dan mendo’akan agar pasien covid-19 seluruhnya bisa segera sembuh.

Saat kita membaca berita di media online atau di televisi, bahwa pasien yang sembuh banyak betapa gembiranya hati kita meski kita tidak pernah mengenal mereka sama sekali.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB
X