RASULULLAH Muhammad Shallallaahu’alaihi Wa Sallam menganjurkan umatnya untuk murah hati kepada siapa pun. Orang yang murah hati akan disukai orang lain dan dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mendapatkan curahan rahmat dan ampunan, rezekinya dilapangkan dan kehidupannya tentram, bahagia serta sejahtera.
Sebaliknya sifat kikir dan bakhil dikategorikan sebagai sifat tercela yang harus ditinggalkan. Rasulullah SAW bersabda, “waspadalah terhadap sikap zalim, karena kezaliman akan menjadikan kegelapan di hari kiamat. Waspadalah terhadap sifat kikir, karena kekikiran adalah sifat yang telah menghancurkan umat-umat sebelummu. Sifat ini mendorong mereka tega melakukan pembunuhan dan melakukan hal-hal yang haram.” (HR. Muslim).
Perhatikanlah doa Rasulullah SAW: “Ya Allah. Saya mohon perlindungan kepada-Mu dari sifat kikir dan malas, juga dari pikun, azab kubur dan cobaan semasa hidup dan setelah mati.” (HR. Muslim).
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 18: Mimpi Diajak Papa ke Tempat yang Indah
Al-Qur’an sangat menganjurkan sikap kedermawanan dan kemurahan hati; “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran, 3:92).
Firman-Nya: “Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah, 2:245).
Di sisi lain Al-Qur’an juga menyinggung sifat kikir dan bakhil; “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat…” (QS. Ali ‘Imran, 3:180).
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 1: Banyak Teman Banyak Rezeki
Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan utama yang harus menjadi panutan dalam hal kedermawanan sosial. Kedermawanan sudah menjadi karakter yang lekat dengan pribadi beliau, di mana kemurahan hatinya itu bukan didorong oleh keinginan menyombongkan diri atau untuk dipuja puji orang lain, namun sikap mulia ini beliau lakukan atas dasar keikhlasan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Rasulullah SAW sangat perhatian terhadap anak yatim dan fakir miskin.
Beliau sering memberi bantuan kepada umat Islam yang miskin yang tidak mampu bekerja atau yang hartanya habis karena untuk mendanai perjuangan fi sabilillah. Kedermawanannya sampai pada taraf mengalahkan kepentingan pribadi dan keluarganya. Kadang beliau memberikan sesuatu kepada seorang fakir padahal sebenarnya beliau sangat membutuhkan barang itu.
Baca Juga: Menutup Mata dengan Penyesalan 14: Tak Ada Keinginan Bertahan Hidup
Beliau mampu melakukan hal ini karena hatinya dihiasi dengan kesabaran dan disinari dengan sikap zuhud, hatinya tidak terikat dengan masalah keduniaan.
Karena kedermawanannya, Rasulullah tidak pernah menolak orang yang meminta-minta kepadanya dengan alasan sedang tidak berkecukupan dalam hidupnya. Ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., Sedekah yang bagaimanakah yang paling utama?
Rasulullah menjawab, “Yaitu sedekah yang kamu berikan di saat kamu dalam keadaan sehat dan masih punya semangat tinggi, masih punya harapan untuk kaya dan khawatir miskin. Jangan kamu menunda-nunda (memberi sedekah) hingga nyawa sampai tenggorokan dan kamu baru berkata, untuk fulan mendapat bagian sekian, fulan mendapat bagian sekian dan yang ini untuk si fulan.” (HR. al-Bukhari).