LEMBAGA Pemasyarakatan (Lapas) masih menjadi sorotan publik. Sebab, di tempat yang tergolong penjagaannya ketat ini , masih bisa diterobos masuknya barang haram, entah itu pil koplo, narkoba dan sebagainya.
Apalagi jika ada oknum Lapas bermain, kondisinya lebih runyam lagi. Karena itu, pengawasan dari atasan harus benar-benar ketat, jangan sampai kecolongan.
Inspeksi mendadak atau disingkat sidak acap kali gagal lantaran sudah bocor sebelum dilaksanakan. Sehingga, ketika ruang narapidana atau tahanan digeledah, petugas tak mendapatkan apa-apa. Tapi yang ini lain lagi ceritanya.
Peristiwanya di Lapas kelas 1 Semarang, Jawa Tengah beberapa hari lalu. Sebelum pengunjung membesuk, diperiksa dulu oleh petugas, apa saja barang bawaannya. Nah, giliran pengunjung perempuan yang satu ini, petugas curiga karena gerak-geriknya aneh.
Kecurigaan itu terbukti setelah diperiksa secara detail perempuan berinisial D itu ternyata menyembunyikan ratusan pil koplo di alat vitalnya. Tak kurang 396 pil koplo diamankan petugas dari perempuan yang membesuk SDK itu.
D dan SDK pun langsung diamankan dan diserahkan ke Polsek Ngaliyan guna menjalani pemeriksaan. D awalnya mengaku sedang haid sehingga mengenakan pembalut. Namun setelah digeledah ternyata menyimpan pil koplo.
Yang jadi pertanyaan, ratusan pil koplo itu buat siapa ? Rasanya tak mungkin kalau hanya khusus diberikan kepada SDK, sehingga muncul dugaan pil koplo itu akan diedarkan di Lapas. Mungkinkah ? Nah inilah yang perlu menjadi bahan evaluasi bagi Lapas Semarang.
Tanpa mengetahui medan, D agaknya kelewat berani membawa pil koplo hingga ratusan butir, apalagi disembunyikan di alat vital. Temuan kasus ini kiranya perlu dikembangkan, tak cukup hanya memeriksa D dan SDK, melainkan juga teman-teman yang selama ini akrab dengan SDK. Sebab, boleh jadi yang bersangkutan hendak memasok atau paling tidak mengedarkan pil koplo itu buat teman-temannya.
Lebih dari itu, pihak Lapas juga perlu melakukan evaluasi, mengapa pengunjung begitu berani menyelundupkan pil koplo di Lapas Semarang. Apa ada pengalaman berhasil ? Inilah yang harus dilacak petugas Lapas.
Baca Juga: Elektabilitas belum maksimal, Airlangga diharapkan tingkatkan intensitas komunikasi dengan rakyat
Kiranya sebelum menyatakan seseorang bersalah atau melanggar hukum, perlu dilakukan evaluasi internal terlebih dulu, jangan-jangan selama ini ada main mata antara warga binaan dengan oknum petugas. (Hudono)