harianmerapi.com - Qalbu bisa dikatakan sebagai hati/perasaan. Di dalam qalbu terdapat sebuah pembangkit yang bisa menggerakkan setiap tindakan manusia.
Ketakwaan seseorang berada di dalam qalbunya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Ketakwaan itu di sini! Ketakwaan itu di sini!” (Seraya menunjukkan ke arah dada beliau)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Meneladani Pendidikan Keluarga Nabi Ibrahim AS
Qalbu merupakan bagian dari diri yang mudah sekali mengalami perubahan karena sifatnya lemah dan mudah terwarnai oleh berbagai hal.
Oleh karenanya harus dijaga dan dirawat dengan baik melalui berbagai amalan dan ibadah kepada Allah SWT.
Di dalam Al Qur’an ada sepuluh macam hati manusia berdasarkan karakteristiknya;
Pertama, Qalbun Salim; artinya hati yang sehat, bersih dan selamat dari kekufuran dan kemunafikan.
Hati yang penuh ikhlas dan ridha atas apapun ketentuan Allah tentang dirinya.
Firman Allah SWT: “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Asy-Syu’ara’; 62:89).
Kedua, Qalbun Muniib; yakni hati yang seantiasa kembali dan bertobat kepada Allah SWT.
Setiap melakukan dosa dan kesalahan akan bersegera untuk kembali kepada-Nya.
Firman Allah SWT: “Yaitu orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun dia Maha Ghaib, tidak kelihatan olehnya dan dia datang kepada-Nya dengan hati yang bertobat dan tunduk kepada-Nya”. (QS. Qaf; 50:33).