opini

Macan Ompong, Oligarki, dan Minyak Goreng

Jumat, 11 Februari 2022 | 09:30 WIB
Prof Dr Sudjito SH MSi (Dok Pribadi)

Baca Juga: Enam Pilar Kebahagiaan Berkeluarga, Salah Satunya Menciptakan Kehidupan Beragama


Sisi negatif oligarki dalam pemerintahan berwujud pengaruh orang kaya dan berkuasa, dalam bisnis dan politik. Pengaruh itu digunakan untuk pemaksimalan kepentingan diri sendiri. Oligarki yang berbasis pada kekuasaan (politik) dan kekayaan material (pebisnis), umumnya sulit untuk dipecah. Kekuatannya sedemikian hebat, sehingga pemaksaan kekuasaan dan kekuatannya, sulit ditolak oleh siapapun.


Dalam konteks produksi dan perdagangan minyak goreng, tampaknya, oligarki berkuasa secara kolektif. Mereka ber-KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) dalam pembuatan kebijakan, regulasi, maupun operasionalisasi kebijakan. Mereka terdiri dari para oknum penguasa, pebisnis, dan aparat keamanan. Secara terselubung, dijalin hubungan personal. Segalanya, demi dicapainya stabilitas posisi, kelancaran usaha, dan pemaksimalan keuntungan finansial.


Publik telah paham (setidaknya bisa menduga), siapa saja oknum-oknum yang terlibat dalam oligarki. Walau demikian, amatlah berisiko untuk mengeksplisitkannya. Bahwa persoalan minyak goreng sudah dikendalikan oleh kelompok orang tertentu, itu telah lama dirasakan bersama. Implikasinya, kesenjangan ekonomi, semakin melebar, dan perlakuan tidak adil pada konsumen semakin akut.


Analisis politik Jeffrey Winters (2021) mengatakan, bahwa demokrasi di Indonesia dikuasai oleh kelompok oligarki. Akibatnya, sistem demokrasi semakin jauh dari cita-cita serta tujuan untuk memakmurkan rakyat Indonesia. Winters juga menjelaskan bahwa ketimpangan kekayaan di Indonesia jauh lebih merata antara kelompok kaya dengan kelompok miskin saat tahun 1945 jika dibandingkan saat ini.

Baca Juga: Pengukuran Tanah di Desa Wadas Selesai, Ini Penyebab 28 Bidang Gagal Diukur BPN Purworejo

Hal ini terjadi sebagai akibat dari kelompok elit dan oligarki di Indonesia sudah menguasai, serta mengontrol sistem demokrasi, dan berlanjut Indonesia mempunyai oligarki demokrasi.


Richard Robison dan Vedi R. Hadiz (di dalam bukunya berjudul Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Market, 2021) menjelaskan bahwa oligarki di Indonesia pasca reformasi, tidak hilang. Justru terus bertransformasi. Melakukan penyesuaian diri dengan konteks politik, yang didorong oleh neoliberalisme. Setelah kejadian krisis ekonomi 1998, oligarki terus bertahan, dan menjadi tokoh utama, di dalam dunia bisnis di Indonesia.


Kelemahan pemerintahan sebagai macan ompong, berikut keserakahan oligarki, merupakan bentuk konkrit dari kezaliman. Zalim, adalah lambang sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan. Allah swt berfirman: “…dan barangsiapa di antara kamu berbuat zalim, niscaya Kami timpakan kepadanya rasa azab yang besar.”(QS. al-Furqan: 19).

Ketahuilah, bahwa di hari kiamat, permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim, dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk. Kezaliman akan mendapatkan ancaman doa dari orang yang dizaliminya, dan doa orang yang terzalimi akan dikabulkan oleh Allah Swt, sekalipun doa keburukan.


Rasulullah saw bersabda: ”Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).“Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya, atau sesuatu apapun, hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia), sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham” (HR. al-Bukhari).


Ingatlah, “…betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya, dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan, dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya).” (QS.al-Hajj: 45).

Baca Juga: Polda Jateng Peringatkan Akun Provokatif yang Menghasut Kondisi Desa Wadas: Kami Tidak Segan Menindak


Bila persoalan minyak goreng dipahami sebagai fenomena gunung es kezaliman, kiranya tak salah bila dikatakan, hari-hari ini, kezaliman macam ompong dan oligarki, marak pada semua lini kehidupan. Maka, mumpung masih ada waktu, camkanlah sabda Rasulullah saw:

"Hindarilah kezaliman, karena kezaliman adalah kegelapan (yang membawa kesengsaraan) pada hari kiamat, dan jauhilah kekikiran karena kekikiran telah membinasakan kaum sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk saling menumpahkan darah mereka sendiri, dan menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh diri mereka sendiri." (HR. Muslim).
Wallahu’alam.

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB