opini

Hujan: Bukan Musibah Melainkan Berkah

Selasa, 16 November 2021 | 12:00 WIB
Sudjito Atmoredjo (Dok.Merapi)

 


Oleh: Sudjito Atmoredjo

SAUDARAKU, pernahkah Anda memperhatikan air yang kita minum setiap hari? Pertanyaan ini, diturunkan firman Allah SWT dalam kitab suci, al-Qur’an, surat al-Waqi’ah ayat 68. Sepintas pertanyaan itu terkesan sepele. Seakan tidak perlu jawaban.

Namun, ketika pertanyaan disadari datang dari Sang Pencipta, dan pertanyaan terkait dengan kehidupan sehari-hari, serta dalam konteks musim penghujan yang kini sudah tiba, maka sungguh amat penting untuk dipikirkan jawabannya.


Di Jogjakarta dan sekitarnya, pada pertengahan bulan November 2021 ini, hujan mengguyur deras sepanjang hari dan merata. Implikasinya, pada ranah sosial, tampak kecemasan melanda berbagai lapisan masyarakat. Orang-orang di perdesaan, khususnya yang bermukim di daerah rawan banjir, cemas ketika debit air terus meningkat.

Di perkotaan, orang kaya atau miskin, dipusingkan oleh luapan air karena selokan-selokan buntu. Trasportasi darat menjadi macet, karena jalan berubah menjadi kali. Di perbukitan, penduduk khawatir rumahnya tertimpa tanah longsor. Hampir sebagian besar wilayah dihantui oleh bencana alam-lingkungan, akibat air bah.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jogja Selasa 16 November 2021, Cerah Berawan Tapi Hujan Lebat di Jam Ini


Semua dampak negatif itu - bila jujur diakui - terjadi karena ulah manusia. Sedemikian banyak anggota masyarakat berperilaku buruk terhadap alam-lingkungan. Perilaku buruk itu dilakukan setiap hari. Misal, pembuangan sampah di sungai atau di selokan. Penggundulan hutan, tanpa disertai konservasi. Pembangunan fisik menutup permukaan tanah dengan semen, sehingga air hujan gagal meresap ke tubuh bumi.


Ketika dampak-dampak negatif itu tertransformasikan menjadi bencana, maka manusia menengadahkan tangan, berdoa, mohon keselamatan dari Allah SWT. Inilah bentuk perilaku religius. Sayang, doa itu dipanjatkan oleh para perusak alam-lingkungan. Boleh jadi, Tuhan tersenyum. Bencana terjadi diakibatkan oleh manusia, sementara keselamatan dimintakan pertanggungjawaban pada Tuhan. Apakah sikap demikian proporsional?


Untuk dipahami bersama, bahwa dalam keotentikannya, air hujan merupakan rahmat agung untuk semua makhluk. Manusia, hanya bisa bertahan hidup bila disuplai air dalam jumlah cukup dan kualitas bersih. Makhluk-makhluk hidup lain, seperti: binatang, ikan, tumbuh-tumbuhan, hanya bisa bertahan hidup, bila disuplai ketercukupan air. Bahkan, tanah yang mati (tandus) bisa dihidupkan (disuburkan) kembali dengan curahan air hujan. Melalui hujan itulah, air terdistribusikan kepada semua makhluk.

Baca Juga: Kesiapan TNI Membantu Pemerintah Daerah, Korem Pamungkas Gelar Latihan Penanggulangan Bencana di Wonosobo


Dikaji seksama, air laut menguap karena terik mata hari. Kemudian uap naik ke atas dibawa oleh angin. Terbentuklah awan. Awan berubah menjadi gumpalan-gumapalan air. Petir dihadirkan untuk mengurai gumpalan air menjadi percikan. Percikan air ditarik oleh grafitasi hingga sampai ke bumi, turun sebagai hujan. Air hujan, ditangkap pepohonan. Disimpan di kulit bumi. Dikeluarkan melalui mata air. Dialirkan ke berbagai wilayah melalui sungai.


Dari air hujan, semua makhluk di planet bumi mendapatkannya sebagai air tawar. Bersih. Layak dikonsumsi langsung. Padahal air laut, aselinya asin. Dipertanyakan: “Siapakah yang mengubah rasa asin menjadi tawar dan menyegarkan”? Jawabanya: Pastilah Allah SWT. Sungguh, kufur nikmat bila manusia lalai memikirkan proses terjadinya hujan demikian itu. Sungguh sesat, bila manusia memandang negatif hadirnya musim penghujan.

Maka, mengapakah kamu tidak bersyukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat-nikmat-Nya sedemikian agung itu kepada kalian? Pemahaman tentang keotentikan makna air sebagai karunia Ilahi, amatlah diharapkan menjadi kesadaran kolektif umat manusia, seluruhnya.

Baca Juga: Bentrok Messi Lawan Neymar Gagal Terwujud di Kualifikasi Piala Dunia 2022

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB