Keenam, malu dan takut, Yang dimaksud malu di sini adalah malu untuk melakukan
kesalahan. Sedangkan rasa takut adalah takut akan perbuatan salah yang dilakukannya. Dengan memiliki dua sifat terpuji ini, seorang guru akan lebih mudah untuk mengendalikan serta mempertimbangkan kembali apakah hal itu akan terus dilakukan ataukah tidak.
Ketujuh, bersabar. Sabar merupakan sikap tabah hati baik dalam mendapatkan sesuatu yang
tidak disenangi maupun kehilangan sesuatu yang disenangi. Guru harus bisa menerima kenyataan akan kenyataan dirinya sekarang ini. Jangan senang membanding-bandingkan dengan profesi lain yang akan menjadikan seorang guru jadi kurang maksimal dalam mengajar.
Kedelapan, senantiasa bersyukur. Bersyukur merupakan bentuk pengakuan bahwa segala
nikmat yang kita terima berasal dari Allah SWT. Dengan bersyukur, seseorang guru akan semakin merasa dekat dengan Allah dan meningkatkan keimanan, serta selalu terdorong untuk meningkatkan diri.
Dengan bersyukur inilah kenikmatan akan semakin bertambah dan rezeki senantiasa melimpah, sebagaimana firman-Nya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim; 14:7).
Kesembilan, tidak sombong. Rasulullah SAW bersabda: “Sombong itu adalah menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR. Muslim). Jika dalam hati ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda seseorang telah masuk dalam deretan orang-orang sombong. Guru tidak boleh menyombongkan diri di depan murid-muridnya. Jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar maupun ketika dalam situasi yang lain.
Kesepuluh, adil. Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada
yang benar dan tidak sewenang-wenang. Secara terminologis, adil mengandung makna suatu sikap yang bebas dari ketidakjujuran dan diskriminasi. Adillah di dalam memperlakukan semua siswa-siswinya, sehingga siswa merasa nyaman dan merasa diperlakukan secara manusiawi. *
Penulis : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Psikologi Pendidikan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Ketua Dewan Pakar Komnasdik DIY