Guru profesional wujudkan Indonesia kuat

photo author
- Minggu, 23 November 2025 | 17:00 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

Keenam, malu dan takut, Yang dimaksud malu di sini adalah malu untuk melakukan
kesalahan. Sedangkan rasa takut adalah takut akan perbuatan salah yang dilakukannya. Dengan  memiliki dua sifat terpuji ini, seorang guru akan lebih mudah untuk mengendalikan serta mempertimbangkan kembali apakah hal itu akan terus dilakukan ataukah tidak.

Ketujuh, bersabar. Sabar merupakan sikap tabah hati baik dalam mendapatkan sesuatu yang
tidak disenangi maupun kehilangan sesuatu yang disenangi. Guru harus bisa menerima kenyataan akan kenyataan dirinya sekarang ini. Jangan senang membanding-bandingkan dengan profesi lain yang akan menjadikan seorang guru jadi kurang maksimal dalam mengajar.

Kedelapan, senantiasa bersyukur. Bersyukur merupakan bentuk pengakuan bahwa segala
nikmat yang kita terima berasal dari Allah SWT. Dengan bersyukur, seseorang guru akan semakin merasa dekat dengan Allah dan meningkatkan keimanan, serta selalu terdorong untuk meningkatkan diri.

Dengan bersyukur inilah kenikmatan akan semakin bertambah dan rezeki senantiasa melimpah, sebagaimana firman-Nya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim; 14:7).

Kesembilan, tidak sombong. Rasulullah SAW bersabda: “Sombong itu adalah menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR. Muslim). Jika dalam hati ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda seseorang telah masuk dalam deretan orang-orang sombong. Guru tidak boleh menyombongkan diri di depan murid-muridnya. Jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar maupun ketika dalam situasi yang lain.

Kesepuluh, adil. Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada
yang benar dan tidak sewenang-wenang. Secara terminologis, adil mengandung makna suatu sikap yang bebas dari ketidakjujuran dan diskriminasi. Adillah di dalam memperlakukan semua siswa-siswinya, sehingga siswa merasa nyaman dan merasa diperlakukan secara manusiawi. *

Penulis : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Psikologi Pendidikan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Ketua Dewan Pakar Komnasdik DIY

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Jangan marah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X