* Oleh : Ichsan (Dosen FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
HARIAN MERAPI - Anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan masa keemasan (golden Age) Dimana dasar karakter terbentuk, sebagai titik awal dari pembetukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggungjawab, inovatif, kreatif, dan partisipatif serta semangat mandiri.
Salah satu aspek perkembangan yang penting dikembangkan sejak dini adalah aspek sosial. Oleh karena itu, mengenalkan konsep toleransi beragama sejak dini merupakan keharusan yang akan membentuk masa depan masyarakat yang harmonis.
Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa tolerasi penting untuk anak TK? dan bagaimana mengajarkan toleransi untuk anak TK?
Baca Juga: Perkuat Transparansi Publik, PWI DIY Dorong Sinergi DPRD DIY dan Pers
Toleransi penting ditanamkan untuk anak TK, antara laian: (1) Menumbuhkan rasa ingin tahu yang sehat. Terdapat anggapan, seolah-olah bila anak TK dijarkan tentang teleransi akan mengaburkan keyakinan agama yang dianut, padahal persolaan toleransi adalah persolanan yang berkaitan dengan social keagamaan, bukan soal teologi. Oleh karena itu justru dengan mengajarkan toleransi akan menumbuhkan rasa ingin tahu yang sehat bagi anak.
(2) memahami persamaan universal. Pemahaman dan penghormatan serta penghargaan terhadap sesama sesungguhnya merupakan nilai-nilai universal dari ajaran semua agama. Oleh karena itu menanamkan nilai-nilai tersebut menjadi keharusan sejak dini.
(3) dengan menamkan toleransi, maka sesungguhnya sedang membangun empati sejak dini yang pada giliranya akan terbawa dan terbiasa dalam kehidupan masa yang akan datang.
Tujuan utama mengenalkan toleransi di TK adalah menanmkan sikap menghargai perbedaan, buka mengajarkan perbedaan teologi atau membandingkan teologi. Oleh karena itu diperlukan cara mengajarkannya agar tujuan dapat tercapai secara optimal.
Terdapat beberapa cara mengenalkan toleransi di TK, antara lain; (1) dengan bahasa yang sederhana, misalnya “Kamu ke Masjid, temanmu Calista pergi ke Gereja. Sama-sama tempat kita bersyukur kepada Tuhan”.
Hasil peenlitian yang dilakukan oleh Ida kurniasih, dkk yang dimuat dalam jurnal Edu Hapiness, volume 1 no.1 Januari 2022, menyatakan bahwaterdapat metode pembiasaan yang dilakukan oleh para guru dalam menumbuhkan sikap toleransi beragama di tengah keberagaman pada anak usia dini diantaranya dengan pola pembiasaan berdoa pagi menurut agama masing-masing, menghargai setiap kegiatan kegamaan yang berbeda, mempelajari cara-cara ibadah menurut agamanya masing-masing dan pola keteladanan.
(2) dengan mengenalkan simbol-simbol keragaman sebagai kekayaan budaya, bukan perbedaan, Misalnya dengan mengenalkan gambar atau menceritakan tentang hari raya yang berbeda ( Idul Fitri, Natal, waisak, Nyepi) dalam kontek liburan dan kebahagiaan.
Hasil penelitian yang dilakukan Mar’atus Salamah. dkk, yang dimuat dalam Jurnal Glosains volume 5 no. 2 Juli tahun 2024 juga menyatakan bahwa mengenalkan toleransi dengan metode bercerita dapat meningkatkan sikap toleransi anak usia dini.
Baca Juga: Lindungi anak dari kejahatan dunia maya, ini yang dilakukan Komdigi