HARIAN MERAPI - Lingkungan keluarga adalah faktor pembentuk utama perilaku agresif, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh seorang anak dan remaja adalah di rumah.
Keluarga menjadi bagian penting dalam pembentukan dan perkembangan seorang anak.
Sebagian besar perilaku agresif remaja dikarenakan kurangnya perhatian orang tua.
Tidak diragukan lagi, orang tua yang tidak peduli akan pendidikan anak-anaknya akan
menyodorkan pribadi-pribadi yang rusak pendidikannya dalam masyarakat. Perceraian orang
tua dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas anak dan remaja.
Baca Juga: Fatayat NU Jadi Garda Terdepan Jaga Nilai Islam yang Moderat, Toleran, dan Damai
Berikut beberapa alasan mengapa perceraian dapat menyebabkan agresivitas pada
anak dan remaja: (1) Stres Emosional: Perceraian dapat menyebabkan stres emosional yang
signifikan pada anak dan remaja, yang dapat memicu perilaku agresif,
(2) Kurangnya Stabilitas: Perceraian dapat mengganggu stabilitas keluarga dan membuat anak merasa tidak aman, yang dapat meningkatkan agresivitas, (3) Konflik Orang Tua: Konflik antara orang tua sebelum dan setelah perceraian dapat mempengaruhi anak dan remaja, membuat mereka merasa frustrasi dan agresif,
(4) Kurangnya Pengawasan: Setelah perceraian, anak dan remaja mungkin tidak mendapatkan pengawasan yang cukup dari orang tua, yang dapat meningkatkan risiko perilaku agresif, dan
(5) Pengaruh Lingkungan: Lingkungan sekitar, seperti teman sebaya atau media, dapat mempengaruhi anak dan remaja untuk berperilaku agresif.
Baca Juga: Satu areal sawah dapat ditanami jagung ungu, sorgum, kecipir dan singkong, tak harus ditanami padi
Dampak Perceraian pada Anak dan Remaja: (1) Perilaku Agresif: Anak dan remaja
yang mengalami perceraian orang tua lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif, seperti
kekerasan, pertengkaran, dan perilaku destruktif,
(2) Masalah Emosional: Perceraian dapat menyebabkan masalah emosional pada anak dan remaja, seperti depresi, kecemasan, dan stress, dan (3) Kurangnya Kepercayaan Diri: Anak dan remaja yang mengalami perceraian orang tua mungkin merasa tidak percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah.
Dengan memahami dampak perceraian pada anak dan remaja, orang tua dan pengasuh dapat
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi agresivitas dan meningkatkan kesejahteraan
anak dan remaja.
Merasa kurang mendapatkan perhatian, mereka menunjukkan sikap yang melanggar
norma-norma sosial dan kemasyarakatan dengan harapan orangtua disibukkan mengurusi
ulahnya yang destruktif.
Baca Juga: Stok mencukupi, Indonesia tidak impor beras hingga akhir tahun 2025
Sebaliknya, lingkungan keluarga yang kondusif dapat membentuk seorang anak dapat menerima setiap perbedaan yang terjadi dan mampu menggunakan cara-cara non agresif ketika menghadapi suatu permasalahan.