HARIAN MERAPI - Hidup sederhana atau gaya hidup minimalis merujuk kepada sejumlah praktik sukarela untuk menyederhanakan hidup seseorang.
Misalnya, memilih tinggal di rumah minimalis tindakan mengurangi jumlah dan jenis harta kepemilikan atau meningkatkan kemandirian.
Gaya hidup minimalis juga memiliki perbedaan signifikan dari kemiskinan akibat situasi eksternal, sebab ia mensyaratkan kesukarelaan.
Baca Juga: Cegah insiden Sukabumi terulang, Kemenag siapkan regulasi khusus rumah doa
Agama Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa hidup dalam kesederhanaan di semua tindakan, baik sikapnya maupun amalnya. Sikap sederhana inilah yang menjadi ciri khas umum bagi umat Islam dan salah satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain.
Contoh hidup sederhana pada kehidupan sehari-hari yang dapat diterapkan seorang muslim, misalnya: gunakan barang sesuai kebutuhan, bernampilan sederhana, makan dan minum yang sederhana, gunakan kendaraan apa adanya, bersyukur dengan setiap pencapaian, adaptasi pola pikir, seleksi dalam kepemilikan barang, hemat finansial, dan sebagainya.
Al-Quran dan Al-Hadits telah memberikan tuntunan dan petunjuk praktis tentang hidup sederhana sebagai berikut:
Pertama, sederhana dalam berpakaian, meskipun sebenarnya memiliki kemampuan untuk tampil glamor dan sebagainya. Nabi Muhammad SAW bersabda: ''Barangsiapa yang meninggalkan pakaian yang bagus disebabkan tawadu (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan
disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.'' (HR. At-Tirmidzi).
Kedua, sederhana dalam pemenuhan kebutuhan makan dan minum sehar-hari. Sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan pokok manusia hendaklah dijaga dari keinginan bermewah-mewah dan sejenisnya.
Firman Allah SWT: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah
pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’raf; 7:31).
Ketiga, sederhana dalam menempati tempat tinggal. Rasulullah SAW selalu memilih untuk hidup dalam kesederhanaan. Hal ini juga beliau terapkan ketika beliau memilih tempat tinggal dan apa saja yang beliau gunakan. Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW, menggambarkan dalam sebuah hadits: ''Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah terdiri atas kulit binatang, sedang isinya
adalah sabut kurma.'' (HR. At-Tirmidzi).
Keempat, sederhana dalam pembelanjaan harta. Berinfakpun dalam posisi pertengahan.
Firman Allah SWT: ''Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya.'' (QS. Al-Furqan; 25:67).