HARIAN MERAPI - Pengajian Mar’atus Shalehah melaksanakan Pengajian Rabu Pekan Pertama sekaligus memperingati Tahun Baru 1447 H pada Rabu, 2 Juli 2025 pagi.
Pengajian dilaksanakan di kediaman Ketua Dewan Pembina Pengajian Hj. R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat yang dikuti olehj 150 Jamaah Pengajian Rutin.
Pengajian menghadirkan Pembicara Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Majlis Tabligh PP Muhammadiyah Periode 2015-2022, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) DIY, Ketua 3 ICMI Orwil DIY, serta Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta.
Baca Juga: LPS Catat Indeks Menabung Konsumen Menguat pada Juni 2025
Dalam kajiannya, Khamim membahas materi dengan tema ”Semangat Tahun Baru 1447 H untuk Keberkahan dan Kebahagiaan Hidup.”
Kajian diawali dengan mengkaji QS Al-Hasyr ayat 18: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Selanjutnya menjelaskan tentang Tujuah Kriteria Kebahagiaan. Terdapat beberapa pandangan mengenai 7 unsur kebahagiaan menurut Islam, namun salah satu yang populer adalah versi yang bersumber dari Ibnu Abbas, yang mencakup hati yang selalu bersyukur (qalbun syakirun),
pasangan hidup yang saleh (azwaju shaliha), anak-anak yang saleh (awladul abror), lingkungan yang baik (bi'atus shaliha), rezeki yang halal (malul halal), pemahaman yang mendalam tentang agama (tafaqquh fid din), dan umur yang panjang dalam ketaatan kepada Allah (tuulul umri fi tha'atillah).
Baca Juga: Ingin mendaki gunung, ini yang harus dipersiapkan
1, Hati yang selalu bersyukur
Hati yang selalu bersyukur memiliki dampak yang besar dalam menciptakan kebahagiaan karena sikap ini menuntun seseorang untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Dengan mengadopsi sikap hati yang bersyukur, seseorang bisa mengalami peningkatan dalam kualitas hidupnya, merasa lebih puas, tenang, dan akhirnya mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam.
Rasa syukur itu sangat berbeda dengan rasa putus asa, beberapa orang menganggap putus asa mereka dengan kata bersyukur dengan apa yang dimiliki, padahal hal tersebut merupakan hal yang berbeda.
Baca Juga: Cegah insiden Sukabumi terulang, Kemenag siapkan regulasi khusus rumah doa
Bersyukur adalah cara kita melihat dari sisi yang positif tapi tetap tidak menekan ambisi untuk bisa tetap mencari apa yang kita harapkan, sedangkan putus asa adalah hal yang diucapkan seseorang ketika mereka gagal dan tidak pernah ingin mencobanya kembali.