HARIAN MERAPI - Sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia membutuhkan keberadaan orang lain dan hal itu juga merupakan salah satu misi penciptaan manusia.
Dalam menghadapi perjalanan hidup, seseorang akan senantiasa bertemu dengan orang lain yang diharapkan mampu memberikan dukungan positif bagi perjalanan hidupnya.
Orang lain yang selalu mendukung niatan baik seorang muslim dikenal dengan sebutan sahabat. Dan itulah yang dinamakan dengan sahabat karib atau sahabat yang sejati.
Makna sebuah persahabatan dapat mencakup beberapa aspek penting, seperti:
1. Keterikatan emosional: Persahabatan melibatkan hubungan yang dekat dan emosional
antara individu, yang dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan dukungan.
2. Keterpercayaan: Persahabatan dibangun atas dasar kepercayaan, yang memungkinkan
individu untuk berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman tanpa takut dihakimi atau dikhianati.
3. Dukungan dan pengertian: Sahabat dapat memberikan dukungan dan pengertian dalam
menghadapi kesulitan, tantangan, atau perubahan dalam hidup.
Baca Juga: Begini modus penipuan investasi bodong
4. Kebersamaan: Persahabatan melibatkan kebersamaan dan kegiatan bersama, yang dapat
memperkuat ikatan dan menciptakan kenangan yang berharga.
5. Penghargaan dan penerimaan: Persahabatan dapat memberikan rasa penghargaan dan
penerimaan, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri individu.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari adanya persahabatan yang sejati dan setiap
muslim setiap saat diperintahkan untuk berusaha mendapatkannya; yaitu:
Pertama, mengokohkan hubungan satu sama lain penuh kasih sayang. Islam memandang
persahabatan laksana sebuah bangunan, di mana nilai persahabatan merupakan fondasi bangunan yang akan saling menguatkan di antara sendi-sendi bangunan itu.
Baca Juga: Pilar-pilar kebahagiaan keluarga
Jika fondasi yang diperoleh itu tertancap kuat dan tidak mudah goyah, maka kokohlah bangunan tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW: “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain.” (HR. Bukhari Muslim).