opini

Dari Oligarki Menuju Dinasti: Prahara Perpolitikan Indonesia

Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:30 WIB
Ilham Yuli Isdiyanto. (Dok Pribadi)

Dari sini, muncullah oligarki yang memiliki pos-pos penting untuk mendukung proses demokrasi. Adu kekuatan dan kekuasaan berbasis penguatan supply logistik menjadikan polarisasi semakin menguat, sehingga pengamanan selanjutnya adalah menyediakan pos-pos kekuasaan melalui jaring keluarga.

Baca Juga: Anies-Muhaimin akan bertanding dengan kompetitif dalam Pilpres 2024, begini kata Sekjen PKS

Menurut Lord Acton, bahwa kekuasaan cenderung disalahgunakan mungkin hari ini mengalami sedikit perbedaan tafsir.

Dalam bentuk negara hukum seperti Indonesia, setiap bentuk kekuasaan apapun akan termonitoring dengan mendasarkan pada sistem hukum yang berlaku, namun satu hal bahwa kekuasaan adalah privilege yang harus benar-benar dimaksimalkan.

Jaring keluarga sebagai pengaman kekuasaan kemudian dilegitimasi secara formal prosedural melalui sistem demokrasi dengan jabatan politiknya.

Oleh karenanya, dalam konteks ini, seharusnya masyarakat tidak perlu heran jika pola oligarki sudah out of date, yang up to date adalah pola dinasti.

Politik Dinasti dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

Jangan heran jika demokrasi Indonesia yang melahirkan politik dinasti, demokrasi di Jerman bahkan pernah melahirkan fasis dengan melegitimasi Adolf Hitler menjadi mein Fuhrer.

Baca Juga: Benarkah Khofifah bergabung dalam TPN Ganjar-Mahfud, begini penjelasan Masinton

Artinya, selama sistem mengakomodir maka setiap bentuk kemungkinan akan bisa terjadi.

Munculnya fenomena Jokowi yang terkesan membangun dinasti politik pun kemungkinan akan menjadi trendsetter di masa yang akan datang, hari ini banyak orang menghujat namun akan banyak yang berfikir 'ternyata bisa ya membangun dinasti politik seperti itu'.

Secara etika, demokrasi yang mendorong sikap fair play maka gejala ini jelas tidak mendorong kearah yang benar, bertentangan dengan prinsip demokrasi itu sendiri.

Namun, jika kapasitas politik nantinya teruji maka hal ini akan terlegitimasi dengan sendirinya oleh waktu, bukankah politik dinasti didaerah juga sudah banyak menggurita selama ini.

Baca Juga: Gibran belum juga kembalikan KTA PDIP, Masinton Pasaribu tak persoalkan, ini alasannya

Masa depan politik Indonesia akan ditentukan oleh dua faktor utama, yakni : a) peran partai politik; dan b) tindakan tokoh politik hari ini.

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB