HARIAN MERAPI - Ada enam sikap muslim terhadap Al Qu'ran, yang mana slah satunya adalah meyakini kebenarannya dan mengajarkannya.
Al Qu'ran bagi seorang muslim diyakini merupakan Kitab Suci yang paling terpelihara keasliannya, sebagaimana firman-Nya: “Kami telah menurunkan Al Quran dan Kami pulalah yang akan memeliharanya”. (QS. Al-Hijr; 15:9).
Kata “Qu'ran” digunakan sebagai nama Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai hudan, artinya petunjuk bagi kehidupan manusia dalam mengarungi hidup ini (QS. Al-Baqarah; 2:2)
Baca Juga: Muhammadiyah serukan warga terlibat aktif dalam politik kebangsaan. Jangan Golput, ini alasannya
dan sebagai furqon, artinya pembeda antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dengan yang haram, yang salah dengan yang benar, yang indah dengan yang jelek, dan yang dapat dilakukan dengan yang dilarang (QS. Al-Baqarah; 2:185).
Sedangkan secara istilah, Al Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab untuk menjadi petunjuk bagi manusia sepanjang masa.
Setidaknya ada enam sikap seorang muslim yang harus dilakukan terhadap Kitab Suci Al-Qur’an sebagai Kitab Suci; yakni:
Pertama, meyakini kebenaran Al-Qur’an. Ini adalah kata kunci bagi setiap muslim, sebagaimana firman-Nya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah; 2:2).
Kedua, membaca Al-Qur’an. Setelah meyakini kebenarannya maka umat Islam diperintahkan untuk membacanya. Firman Allah SWT: “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”. (QS Al-‘Alaq; 96:3).
Baca Juga: Suami di Cakung Ini Tega Bakar Istri dan Anaknya, Polisi: Pelaku Cemburu
Iqra’ di dalam ayat ini berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri ciptaan-Nya, bacalah alam sekitar, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah perjalanan hidup manusia, diri sendiri, baik yang tertulis (ayat-ayat qauliyah) maupun tidak tertulis (ayat-ayat kauiniyah).
Sabda Rasulullah Muhammad SAW: “Bacalah kalian Al-Quran, karena pada hari kiamat Al-Qur’an datang menjadi syafaat bagi pembacanya”. (HR. Bukhari).
Ketiga, memahami kandungan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an hendaklah disertai dengan kehadiran kalbu, memahami maknanya, dengan kekhusyukan hati serta merasakan sedang bercakap-cakap/berdialog dengan Allah SWT melalui Al-Quran.
Firman Allah SWT: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad; 38:29).
Keempat, mengamalkan isi/kandungan Al-Qur’an dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.