HARIAN MERAPI - Teori belajar sosial/social learning (Alber Bandura) menekankan pentingnya pengamatan, perilaku model, sikap dan reaksi emosional lainnya.
Albert Bandura menegaskan bahwa belajar sesungguhnya bukan merupakan suatu perbuatan yang mudah, kalau tidak dapat dikatakan sesuatu yang sulit, jika orang semata-mata menyandarkan diri atas tindakan mereka terhadap apa yang dimilikinya.
Namun, disadari bahwa pada umumnya perilaku individu dipelajari secara observasional melalui model yakni mengamati bagaimana suatu perilaku baru dibentuk, dan peristiwa ini kemudian menjadi informasi penting yang mengarahkan perilaku.
Baca Juga: Hadirkan Rasa Nusantara Masa Kini, Baki Restaurant Ramaikan Surga Kuliner di Palagan
Asumsi dasar dari teori dan penelitian-penelitian belajar observasional adalah sebagian besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model.
Bandura berpendapat bahwa motivasi individu untuk menyontoh agresif yang ditampilkan oleh model menjadi lebih kuat apabila model memiliki daya tarik dan agresi yang dilakukannya tidak memperoleh efek negatif.
Sebaliknya, individu akan kurang termotivasi untuk meniru perilaku agresif model apabila model tidak memiliki daya tarik dan memperoleh respon negatif.
Albert Bandura menjelaskan bahwa belajar observasional mencakup empat proses, yaitu proses atensional, ritensi, reproduksi, dan motivasional. Secara berturut-turut dapatlah dijelaskan sebagai berikut:
Baca Juga: UII dan BRIN Serukan Sinergi Nasional Menuju Riset Berkelanjutan yang Membumi
Pertama, proses atensional, yakni proses di mana individu tertarik untuk memperhatikan atau mengamati perilaku model, proses ritensi, yakni proses di mana individu pengamat menyimpan perilaku model yang telah diamatinya melalui kode simbolik atau verbal maupun performansi motorik. Perilaku model menjadi lebih bermakna manakala dilakukan koding dalam bentuk kata, simbol, dan mengandung nilai fungsional bagi perilaku pengamat.
Kedua, proses reproduksi, yakni individu pengamat mencoba mengungkap ulang perilaku model yang telah diamatinya. Reproduksi perilaku model pada awalnya bersifat kaku dan kasar, tetapi dengan pengulangan yang intensif, secara berangsur-angsur individu mengungkapkan perilaku itu sebagaimana perilaku model.
proses motivasional dan penguatan, yakni perilaku yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh indvidu pengamat, apabila individu pengamat kurang termotivasi atau kurang tertarik untuk mengamati dan meniru perilaku model. Individu akan mengungkapkan atau mencontoh perilaku dari model apabila model memiliki daya tarik serta menimbulkan penguatan (reinforcement).
Teori belajar sosial--sebagaimana teori-teori agresi dan kekerasan yang lain--juga menunjukkan kelemahan dalam menerangkan perilaku kekeraan. Kritik terhadap teori ini terutama dalam hal keterbatasannya dalam menjelaskan perilaku kekerasan yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan individual, seperti faktor kepribadian dan perbedaan kemampuan belajar.
Seperti dinyatakan oleh Gottfredson dan Hirschi dalam Agustin, bahwa tidak semua orang yang menyaksikan atau mengamati atau mengalami secara langsung perilaku kekerasan melakukan agresi balik dan tindak kekerasan.