HARIAN MERAPI - Tantangan krisis global terhadap pangan, air, dan energi menuntut kolaborasi nyata antarpeneliti, akademisi, dan pemerintah.
Pesan ini mengemuka dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Universitas Islam Indonesia (UII) di Sleman, Rabu (15/10/2025).
Seminar ini diikuti lebih dari 60 peneliti dan dosen dari 14 provinsi di Indonesia, menandai semangat kolaborasi lintas daerah dan lintas bidang dalam memperkuat ketahanan sumber daya nasional.
Baca Juga: Temuan Peneliti UII Ungkap Fakta Mengejutkan: Hujan di Yogyakarta Mengandung Mikroplastik
Dalam sambutan pembuka, Direktur DPPM UII, Prof. Ir. Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D., IPU, menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi wahana strategis untuk berbagi hasil riset dan pengabdian.
“Kami ingin menumbuhkan semangat kolaborasi lintas universitas dan wilayah. Dari riset dan pengabdian, lahir inovasi yang bisa langsung dirasakan manfaatnya bagi masyarakat,” ujar Prof. Eko yang saat ini menjabat Ketua BAKERMA Teknik Lingkungan se-Indonesia.
Seminar nasional ini dibuka secara resmi oleh Prof. Jaka Nugraha, Ph.D., Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik UII, yang menekankan pentingnya peran perguruan tinggi di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga: Wamen Komdigi: Kebijakan Perubahan Iklim Perlu Dikomunikasikan Secara Efektif dan Inklusif
“Dunia sedang menghadapi perubahan cepat dan tidak pasti. UII berharap forum seperti ini menjadi bagian dari solusi, agar Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang tangguh dan berkeadilan,” tuturnya.
Dua keynote speaker nasional hadir memberikan pandangan strategis dalam forum ini di antaranya Dr. Andes Hamuraby Rozak, Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (BRIN), yang memaparkan arah riset biodiversitas untuk mendukung ketahanan pangan dan energi hijau berbasis potensi sumber daya lokal.
Narasumber lainnya, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widodo Brontowiyono, M.Sc., Guru Besar Teknik Lingkungan UII, yang mengajak peserta untuk menata kembali paradigma pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: KONEKSI Gelar Forum Kebijakan Iklim, Dukung Solusi Ketahanan Iklim Indonesia
Dalam paparannya, Prof. Widodo menegaskan bahwa persoalan lingkungan dan sumber daya kini berkaitan dengan krisis peradaban.
“Tidak cukup bicara keberlanjutan tanpa bicara keadilan. Tidak cukup bicara teknologi tanpa bicara etika. Riset harus berpihak pada kelestarian bumi dan kemaslahatan manusia,” ungkapnya.
Ia juga memperkenalkan konsep “resilient community and living sustainability”, di mana kampus berperan sebagai pusat pembelajaran hidup yang mengintegrasikan sains, iman, dan aksi nyata masyarakat.