Akhlak kepada Allah SWT

photo author
- Sabtu, 19 Juli 2025 | 17:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M, Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY, Ketua Keluarga Alumni Pascasarjana UGM (KAPASGAMA) (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M, Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY, Ketua Keluarga Alumni Pascasarjana UGM (KAPASGAMA) (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Akhlak kepada Allah adalah perilaku dan sikap yang baik dan patuh terhadap Allah SWT, seperti: (1) Iman dan takwa: memiliki iman yang kuat dan takwa kepada Allah SWT, (2) Ketaatan: menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya,

(3) Syukur dan sabar: bersyukur atas nikmat Allah SWT dan bersabar dalam menghadapi cobaan (4) Doa dan dzikir: berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan, dan

(5) Tawakal: menyerahkan diri kepada Allah SWT dan mempercayakan segala urusan kepada-Nya. Dengan memiliki akhlak yang baik kepada Allah SWT, seseorang dapat meningkatkan kualitas iman dan takwa, serta memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Baca Juga: Usia Harapan Hidup di Salatiga Jateng Pria 76 Tahun, Wanita 80 Tahun

Tentang akhlak orang-orang beriman kepada Allah SWT, setidaknya ada sepuluh ayat al-
Qur’an yang menjelaskannya; yaitu:

Pertama, cinta kepada-Nya. Firman Allah SWT: “Di antara manusia ada yang menjadikan
(sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah; 2:165).

Kedua, bertawakal kepada-Nya. Firman Allah SWT: “Bagaimana kamu (sampai) menjadi
kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, sungguh dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran; 3:101).

Ketiga, takut kepada-Nya. Firman Allah SWT: “Tidakkah engkau memperhatikan orang-
orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), tegakkanlah salat, dan tunaikanlah zakat!”

Baca Juga: Viral Pria Diduga Guru Madrasah Dituntut Rp25 Juta Setelah Dituduh Menampar Murid, Netizen: Open Donasi Yuk

Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba segolongan mereka (munafik) takut kepada manusia (musuh) seperti ketakutan mereka kepada Allah, bahkan lebih takut daripada itu. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?

Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit, sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” (QS. An-Nisya’; 4:77).

Keempat, senantiasa mencari karunia-Nya. Firman Allah SWT: “Itulah keterangan yang
Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan orang yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am; 6:83).

Kelima, berserah diri kepada-Nya. Firman Allah SWT: “Jika mereka berpaling (dari
keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia.
Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.” (QS. At-Taubah; 9:129)

Baca Juga: Makanan sehat berbasis buah dan sayur bantu kendalikan angka obesitas di Indonesia serta pemberdayaan bagi petani lokal

Keenam, tunduk pada perintah-Nya. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya aku menghadapkan
wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Al-An’am; 6:79).

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Membangun etos kerja dalam Islam

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X