HARIAN MERAPI - Orang beriman penuh optimis dalam menatap masa depan Orientasi hidup untuk masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan.
Gambaran ini memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Untuk meraih kesuksesan masa depan ini seseorang harus memiliki orientasi pada masa depannya agar nantinya mereka dapat mempertahankan serta mengembangkan segenap harapan dan imkpiannya itu dalam menghadapi per- saingan di masa datang. Merasa bahwa hal-hal baik akan terjadi di masa depan nanti.
Baca Juga: BRI perkuat sinergi dengan UMKM, terbukti angkat Batik Parang Kaliurang jadi unggulan
Merasa bahwa masa depan terlihat dengan cerah. Merasa bersyukur atas hal-hal baik yang terjadi di dalam hidupnya.
Masa depan adalah waktu setelah masa kini. Kedatangannya dianggap tak terelakkan karena keberadaan waktu dan hukum fisika. Sebagai akibat dari sifat realitas yang tampak dan keniscayaan masa depan, maka segala sesuatu yang ada saat ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni menyenangkan dan menyedihkan.
Kitab Suci Al-Qur’an telah memberikan dorongan dan motivasi yang indah kaitannya dengan menghidupkan harapan untuk hidup optimis di masa depan; yakni:
Pertama, yakinlah bahwa suatu hal yang tidak disukai bisa jadi menyimpan sebuah kebaikan.
Begitu pula berbagai cobaan yang terasa berat, pasti akan datang hal-hal baik yang segera diperolehnya.
Firman Allah SWT: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah; 2:216).
Kedua, bahwa setiap ujian yang diberikan Allah SWT tidak akan melampaui kesanggupan manusia. Yakinlah kita mampu menghadapi ujian yang datang.
Firman Allah SWT: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah; 2:286).
Baca Juga: Idul Adha 2025: Tata Cara Lengkap Mulai dari Niat hingga Anjuran Sunnah Sesudah Melaksanakan Sholat
Ketiga, tiap kesulitan tidak akan berlangsung selamanya. Dalam tiap kesulitan yang dihadapinya, pasti akan ada kemudahan yang menyertainya. Firman Allah SWT: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' (QS. Al-Insyirah; 94:5-6).