HARIAN MERAPI - Kepribadian Nabi Muhammad SAW dapat digambarkan sebagai berikut: (1) jujur (amanah): Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya,
(2) penyayang (rahmah): Beliau memiliki sifat penyayang dan peduli terhadap orang lain, (3) sabar (sabr): Nabi Muhammad SAW menunjukkan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan kesulitan,
(4) adil (adalah): Beliau menekankan pentingnya keadilan dalam segala aspek kehidupan, dan (5) pemimpin yang bijaksana: Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Kepribadian Nabi Muhammad SAW yang mulia ini menjadi contoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak dalil dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang kepribadian Rasulullah Muhammad SAW; di antaranya:
Pertama, Nabi adalah seseorang yang lemah lembut. Firman Allah SWT: “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran; 3:159).
Kedua, Nabi seorang yang ummi (tidak pandai baca tulis). Firman Allah SWT:
“(Yaitu,) orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya,
memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.” (QS. Al-A’raf; 7:157).
Baca Juga: Kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an
Ketiga, Nabi Muhammad sendiri walau pun dekat dengan Allah tidaklah menguasai kemanfaatan dan kemudaratan sehingga dia dapat mengatur menurut kehendak-Nya.
Firman Allah SWT: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki. Seandainya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan bahaya tidak akan menimpaku. Aku
hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-A’raf; 7:188).
Keempat, Rasulullah Muhammad SAW sangat berat terasa olehnya penderitaan yang dialami umatnya baik derita lahir maupun batin, dia sangat menginginkan kebaikan, kabahagiaan dan keselamatan semuanya, yakni baik yang muslim maupun yang kafir.
Firman Allah SWT: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah; 9:128).
Baca Juga: Awas, mafia tanah berkeliaran di sekitar kita
Kelima, orang-orang Arab, Yahudi dan Nasrani mengetahui bahwa Muhammad adalah orang yang tidak pandai menulis dan membaca.