Perbuatan berkurban ini dapat dimasukkan pada perbuatan yang baik (al-birru), yang ukurannya diserahkan kepada masing-masing.
Umat muslim dapat bertanya kepada dirinya sendiri, sesuai dengan Hadits riwayat Ahmad dan Ad-Darimy dari Wabishah bin Ma'bad dengan sanad hasan.
Layanan Pelanggan: Layanan Pelanggan yang Baik Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan أفتاكَ الناسُ وأفْتَوْكَ
Artinya: “Mintalah fatwa hatimu, perbuatan baik (al-birru) itu apa yang dapat menentramkan hatimu, dan dosa ini apa yang terbetik dalam diri dan berdetak dalam hatimu, meskipun orang lain menasehatimu atau meminta nasehatmu.(HR. Ahmad dan ad-Darimy dari Wabishah bin Ma'bad)
Baca Juga: Waspadai cacar api pada lansia, ini ciri berikut pencegahannya
Pada hadits tersebut dijelaskan terkait ukuran kelayakan bagi seseorang untuk masing-masing mawas diri, jika dihubungkan dengan ibadah kurban yang dianjurkan bagi orang yang mempunyai keleluasaan rizki, agar masing-masing mawas diri dan bertanya pada dirinya sendiri.
Pertanyaan itu pantas untuk tidak berkurban? Padahal untuk keperluan dirinya kadang-kadang lebih dari itu dikeluarkan dengan mudah. Seperti makan di restoran mewah dengan ringan mengeluarkan uang ratusan rupiah dalam berpuluh kali dalam satu tahun.
Membeli telepon genggam hingga jutaan rupiah demi gengsi sementara telepon genggam yang ada masih dapat digunakan untuk keperluan yang sama. Atau berboros-borosan dalam hal tertentu yang tidak bermanfaat.
Tidakkah saya ini termasuk yang mengingkari nikmat Allah. Mengapa berkurban tidak mengeluarkan uang, menganggap tidak mampu berkurban, padalah berkurban adalah bukti ketakwaan pada Allah. Pertanyaan seperti itu dan lainnya. *
