Kesombongan salah satu penyebab kufur nikmat

photo author
- Kamis, 24 April 2025 | 16:55 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Setiap anugerah dan rezeki yang didapatkan manusia harus selalu disyukuri. Manusia memang berusaha sekuat tenaga untuk meraih harta dan kenikmaan lain, tetapi segala nikmat tidak luput dari kuasa-Nya.

Karena itulah, ketika nikmat berlimpah, seorang hamba tidak boleh terlena dan menyebabkan kesombongan diri tanpa bersyukur. Kelalaian untuk bersyukur merupakan salah satu perilaku yang sangat dibenci oleh Allah. Bahkan perilaku tersebut dikategorikan sebagai pengingkaran atau disebut kufur nikmat.

Kufur nikmat adalah istilah dalam Islam yang berarti tidak mensyukuri atau mengingkari
nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Nikmat dapat berupa kesehatan, rezeki, keluarga, atau hal-hal lain yang baik dalam hidup.

Baca Juga: Program MBG, anggota DPR minta kualitas dan keamanan makanan jadi prioritas utama

Kufur nikmat dapat diartikan sebagai: tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, mengabaikan atau tidak peduli dengan nikmat yang diberikan, dan menggunakan nikmat untuk melakukan perbuatan yang tidak baik atau maksiat.

Allah memperingatkan secara tegas perilaku tersebut dalam firman-Nya:  “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim; 14:7).

Ayat ini selain sebuah dorongan untuk selalu bersyukur, juga sebagai peringatan bagi manusia untuk tidak jatuh dalam kufur nikmat. Seorang yang terjerat kufur nikmat akan senantiasa merasa kurang atas apapun yang dianugrahkan kepadanya. Mereka akan terjerumus kepada kesyirikan dan selalu berbuat maksiat.

Di antara penyebab orang sulit bersyukur atau terjerembab ke dalam pusaran kufur nikmat
adalah:

Baca Juga: Rasa ingin tahu yang sangat kuat salah satu karakteristik anak usia dini

Pertama, memakan rezeki haram. Ketika hati ini sulit untuk bersyukur, perlu dicek; apakah
ada sumber nafkah atau bahkan asupan yang haram masuk ke dalam tubuh kita? Sudah kah kita yakin bahwa apa yang kita peroleh berasal dari sesuatu yang halal dan apa yang masuk ke dalam tubuh juga sesuatu yang halal? Jangan anggap remeh persoalan ini. Karena halal atau haramnya apa yang masuk ke dalam tubuh kita dapat berpengaruh terhadap perilaku kita sehari-hari.

Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah; 2:172).

Kedua, tidak menghargai nikmat Allah, merasa semua yang dimiliki memang sudah semestinya. Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak
ada campur tangan Allah. Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.

Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya. Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit,

Baca Juga: Anak perlu diberi literasi digital, ini yang harus dilakukan orang tua

sebagaimana firman-Nya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Shalat adalah tiang agama

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X