HARIAN MERAPI - Setiap anugerah dan rezeki yang didapatkan manusia harus selalu disyukuri. Manusia memang berusaha sekuat tenaga untuk meraih harta dan kenikmaan lain, tetapi segala nikmat tidak luput dari kuasa-Nya.
Karena itulah, ketika nikmat berlimpah, seorang hamba tidak boleh terlena dan menyebabkan kesombongan diri tanpa bersyukur. Kelalaian untuk bersyukur merupakan salah satu perilaku yang sangat dibenci oleh Allah. Bahkan perilaku tersebut dikategorikan sebagai pengingkaran atau disebut kufur nikmat.
Kufur nikmat adalah istilah dalam Islam yang berarti tidak mensyukuri atau mengingkari
nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Nikmat dapat berupa kesehatan, rezeki, keluarga, atau hal-hal lain yang baik dalam hidup.
Baca Juga: Program MBG, anggota DPR minta kualitas dan keamanan makanan jadi prioritas utama
Kufur nikmat dapat diartikan sebagai: tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, mengabaikan atau tidak peduli dengan nikmat yang diberikan, dan menggunakan nikmat untuk melakukan perbuatan yang tidak baik atau maksiat.
Allah memperingatkan secara tegas perilaku tersebut dalam firman-Nya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim; 14:7).
Ayat ini selain sebuah dorongan untuk selalu bersyukur, juga sebagai peringatan bagi manusia untuk tidak jatuh dalam kufur nikmat. Seorang yang terjerat kufur nikmat akan senantiasa merasa kurang atas apapun yang dianugrahkan kepadanya. Mereka akan terjerumus kepada kesyirikan dan selalu berbuat maksiat.
Di antara penyebab orang sulit bersyukur atau terjerembab ke dalam pusaran kufur nikmat
adalah:
Baca Juga: Rasa ingin tahu yang sangat kuat salah satu karakteristik anak usia dini
Pertama, memakan rezeki haram. Ketika hati ini sulit untuk bersyukur, perlu dicek; apakah
ada sumber nafkah atau bahkan asupan yang haram masuk ke dalam tubuh kita? Sudah kah kita yakin bahwa apa yang kita peroleh berasal dari sesuatu yang halal dan apa yang masuk ke dalam tubuh juga sesuatu yang halal? Jangan anggap remeh persoalan ini. Karena halal atau haramnya apa yang masuk ke dalam tubuh kita dapat berpengaruh terhadap perilaku kita sehari-hari.
Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah; 2:172).
Kedua, tidak menghargai nikmat Allah, merasa semua yang dimiliki memang sudah semestinya. Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak
ada campur tangan Allah. Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.
Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya. Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit,
Baca Juga: Anak perlu diberi literasi digital, ini yang harus dilakukan orang tua
sebagaimana firman-Nya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).