GENG pelajar kembali berulah. Mereka hendak bikin keributan dengan melakukan tawuran di kawasan Jalan Parangtritis, Bambanglipuro Bantul beberapa hari lalu.
Namun sebelum tawuran terjadi, mereka keburu diamankan warga. Warga awalnya curiga melihat iring-iringan sepeda motor yang dinaiki remaja sambil mengayun-ayunkan gesper. Warga pun berhasil mengejar dan mengamankan mereka. Delapan anggota geng pelajar itu berhasil diamankan dan diserahkan ke polisi.
Namun, karena mereka masih di bawah umur, polisi melakukan pembinaan dan tidak menahan mereka. Mereka memang bukan kategori klitih yang mencari sasaran secara acak, melainkan geng remaja yang sengaja mencari lawan geng lain.
Baca Juga: Alami Kegawatdaruratan Saat Liburan di Kota Yogyakarta, Wisatawan Bisa Hubungi PSC 119 YES
Untungnya belum pecah tawuran, keburu diamankan warga. Aksi warga ini tentu layak mendapat apresiasi karena bisa mencegah tawur antargeng.
Sudah tepat bila warga kemudian menyerahkan kepada polisi untuk diproses lebih lanjut, yaitu melalui pembinaan. Biasanya, dalam praktiknya, mereka yang terlibat kenakalan remaja, diminta untuk apel rutin pada hari-hari tertentu. Ini sekaligus juga untuk kepentingan pembinaan mental, yakni disiplin.
Selain mengamankan motor yang digunakan geng, petugas juga menyita barang bukti berupa gesper yang akan mereka gunakan untuk tawuran. Gesper tersebut memang belum digunakan untuk melukai orang lain, sehingga hal itu diharapkan menjadi faktor yang meringankan sanksi pembinaan terhadap mereka.
Baca Juga: Pendakian Gunung Gede-Pangrango Ditutup hingga Maret 2025, Ini Penjelasan TNGGP
Hal yang patut dicatat, aksi warga yang berhasil mengamankan anak-anak nakal ini bisa menjadi model dalam penanggulangan kekerasan. Artinya, warga sangat berperan mencegah terjadinya tawuran. Meski demikian, tentu aspek keamanan harus dihitung.
Bila jumlah warga sedikit, tentu akan berhitung untuk melakukan tindakan pencegahan. Sebaliknya, bila warga banyak, mereka kompak dan hasilnya efektif. Selain itu, hal yang perlu dipikirkan adalah kemungkinan mereka melakukan serangan barik.
Jangankah geng pelajar, geng klitih saja nyalinya akan ciut ketika berhadapan dengan warga yang siap melakukan tindakan secara kolektif. Ibaratnya, warga kok dilawan. Dalam kasus di atas tawuran memang belum terjadi, namun tindakan persiapan sudah dilakukan, antara lain menyiapkan senjata berupa gesper.
Baca Juga: Dugaan Kasus Pemerasan Warga Malaysia dalam DWP, Propam Polri Dalami Motif 18 Anggota Polisi
Tren tawuran model sekarang, senjata biasanya tidak dibawa atau ditenteng langsung, melainkan diangkut mobil. Barulah ketika mobil sampai ke lokasi, senjata langsung dikeluarkan dan siap tempur. Hal demikian mestinya sudah diantisipa kepolisian, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan terukur. (Hudono)