AKSI kekerasan masih terjadi di kalangan pelajar. Kali ini peristiwanya berupa perseteruan pelajar dengan pelajar yang tergabung dalam geng. Singkatnya, RY (15), warga Pakualaman Yogya hendak keluar dari geng yang diikutinya.
Namun salah seorang temannya, RT (15), warga Pandean Yogya tidak terima dan menantang RT duel di Lapangan Taman Madya Jalan Batikan.
Awalnya disepakati duel satu lawan satu tanpa senjata yang disaksikan teman-teman mereka. Namun ketika duel dimulai, RT mengeluarkan pedang dan langsung membabat ke arah RT. Korban berusaha menangkis sambil berlari minta pertolongan. Berikutnya, korban dibacok mengenai punggung. Usai kejadian korban lapor ke polisi.
Baca Juga: Polsek Mlati Tangkap Perempuan yang Mencuri Dompet Milik Majikannya
Lantaran antara korban dan pelaku sudah saling kenal, polisi tak terlalu sulit untuk mengamankan RT di rumahnya. Selanjutnya, pelaku dititipkan ke BPSR Dinas Sosial DIY sembari menunggu proses hukum.
Peristiwa ini bukanlah klitih, karena pelaku sudah mengenal korbannya. Selain itu, motifnya juga jelas, yakni lantaran korban keluar dari geng.
Ini fenomena menarik. Mengapa ? Karena selama ini aparat penegak hukum dibantu sekolah sedang berupaya membubarkan geng pelajar yang cenderung meresahkan.
Baca Juga: Polsek Mlati Tangkap Perempuan yang Mencuri Dompet Milik Majikannya
Ternyata, melihat kejadian di atas, untuk keluar dari geng pun berisiko alias tak selalu aman. Hal ini acap tidak diantisipasi aparat penegak hukum.
Boleh jadi, di kalangan geng ada semacam komitmen atau kesepakatan tertentu, termasuk risiko ketika keluar dari geng. Ketika anggota geng ini beraksi, ke mana orang tua mereka ? Umumnya anak-anak geng ini beraksi pada malam hari. Mereka nongkrong dan janjian bertemu di warung burjo atau Warmindo. Agaknya, banyak orang tua abai ketika anaknya pergi malam hari mengendarai motor.
Dari peristiwa di atas, senjata tajam seolah melekat pada diri anak-anak. Ini berbeda zaman dulu ketika marak geng di Yogya, nyaris tak ada yang membawa senjata tajam, sehingga ketika berkelahi tak sampai nyawa melayang. Berbeda dengan kondisi sekarang, anak semakin nekat dan biasa membawa senjata tajam.
Mereka membacok tanpa perhitungan sehingga membahayakan keselamatan. Karena itu, untuk memberi efek jera kepada pelaku, polisi sebaiknya memproses hukum hingga ke pengadilan, jangan terlalu bersikap lunak.
Tindakan diversi hanya diterapkan untuk kasus-kasus yang tidak membahayakan keselamatan. Namun kalau sudah membawa senjata tajam, sebaiknya diproses hingga ke pengadilan. (Hudono)