KENAKALAN remaja belakangan ini makin mengkhawatirkan. Bukan hanya klitih, tapi juga aksi lainnya yang membahayakan keselamatan orang lain.
Seperti terjadi baru-baru ini, seorang pelajar SMP, AP (16), warga Mergangsan Yogya, dibuli dan dianiaya lima temannya, tiga orang sudah dewasa dan dua orang masih di bawah umur.
AP dianiaya di rumah salah seorang pelaku yang kos di kawasan Ngampilan Yogya. Di tempat itu korban dianiaya, dengan cara dipukuli dan disabet dengan benda-benda yang ada di kamar. Akibatnya korban mengalami luka serius terutama di bagian muka.
Baca Juga: Marcus Rashford Teken Perpanjangan Kontrak, Jonny Evans Kembali ke Manchester United
Apa penyebabnya ? Menurut para pelaku, korban dianggap tidak kompak dan tidak sejalan dengan pendapat 5 rekannya.
Awalnya kelima kawannya ini terlibat aksi kejar-kejaran dengan kelompok lain, kemudian kelompok lawan terjatuh dan ditinggal begitu saja. Setelah itu, para pelaku ini meminta pendapat AP yang ternyata tidak sependapat, apakah yang bersangkutan mau dicoret dari grup, atau menyediakan makanan selama mereka dalam persembunyian, sebagai buntut perseteruannya dengan kelompok lawan. AP menolak semua opsi hingga terjadi pengeroyokan.
Namanya pengeroyokan tentu komposisinya tidak seimbang, AP hanya sendirian dan tidak bisa berbuat apa-apa. Karenanya, orangtua AP tidak terima dan langsung lapor ke polisi melihat kondisi anaknya yang babak belur.
Baca Juga: Butuh Bek Tangguh, Bayern Muenchen Datangkan Kim Min-jae dari Napoli
Atas laporan itu, polisi mengamankan lima teman AP yang diduga melakukan pengeroyokan. Dua di antaranya, karena masih anak-anak, diproses berdasar peradilan anak, sedang tiga teman lainnya diproses layaknya orang dewasa, karena sudah berusia 18 tahun.
Mengapa kasus ini bisa terjadi dan AP menjadi korban bulian ? Tak lain karena mereka tergabung dalam grup atau geng. Kalau anak sudah bergabung dengan geng, maka konsekuensinya berat, selain melanggar hukum, juga rawan penganiayaan, bahkan oleh teman sendiri. Bida beda pendapat, dianggap tidak sejalan dengan misi gengnya, sehingga rawan dibuli dan dianiaya.
Inilah yang dialami AP yang menjadi korban buli teman-temannya. Bagaimana mungkin teman menganiaya teman ?
Itulah geng anak yang karakteristiknya aneh, dan semaunya sendiri. Kasus di atas seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para orang tua maupun guru, untuk terus mengawasi anak-anaknya. Jangan sampai mereka masuk geng yang ujung-ujungnya akan mencelakai diri mereka sendiri maupun orang lain. (Hudono)