GENG pelajar di Jogja ternyata masih eksis, bahkan menebar teror di masyarakat. Mereka memanfaatkan media sosial untuk tawur dengan geng lain yang dianggap lawan.
Seperti terjadi baru-baru ini, geng pelajar yang menamakan diri Moema janjian tawur dengan geng Mizoeh lewat WA. Namun sebelum pecah tawuran di seputaran Pasar Pasty Bantul, dua pelajar anggota geng berhasil diamankan aparat kepolisian setelah sebelumnya diamankan warga.
Seperti biasanya, aparat kepolisian membina mereka, kemudian dilepas. Pertanyaannya, apakah mereka yang diamankan akan insyaf alias tidak mengulangi perbuatannya ? Tak ada pihak manapun yang bisa menjamin.
Baca Juga: PDIP batal umumkan pemberian sanksi bagi Budiman hari ini, berikut alasannya
Bahkan orang tua mereka pun belum tentu mampu membuat mereka insyaf. Inilah problem serius yang dihadapi para orang tua dan sekolah.
Polisi tidak memproses hukum lebih lanjut dua pelajar tersebut, selain karena usianya masih di bawah umur, juga tidak ditemukan bukti konkret mereka membawa senjata, baik senjata tajam maupun benda tumpul. Mereka juga belum sempat tawuran karena keburu ketahuan warga.
Di sinilah pentingnya peran warga yang menggagalkan tawuran. Padahal, sebelumnya mereka telah bertemu dengan geng lain yang dianggap lawan, kemudian saling kejar hingga masuk perkampungan warga.
Warga tidak tinggal diam, namun mengamankan dua pelajar yang diduga hendak tawuran, baru setelah itu polisi datang. Lantas, bagaimana dengan geng lain yang dianggap musuh, petugas masih melakukan penyelidikan.
Berulang kali kita mendengar dan membaca berita banyak geng pelajar dibubarkan atau membubarkan diri. Tapi, nyatanya keberadaan mereka masih eksis. Agaknya, pembubaran yang selama ini dilakukan belum sepenuh hati.
Sebab, sangat dimungkinkan mereka yang telah membubarkan diri kemudian bermetamorfosa membentuk geng baru dan orang-orangnya tidak berubah. Inilah yang mestinya diantisipasi sekolah dan orang tua. Boleh jadi, mereka membentuk geng lantaran tak pernah diperhatikan orang tua. Jika demikian, kesalahan tentu tak bisa ditumpukan pada anak, namun juga orang tua yang jarang memperhatikan pergaulan anaknya.
Baca Juga: Audensi dengan BPOM RI, ASPADIN Sampaikan Keresahan Pelaku Usaha AMDK
Keberadaan geng pelajar bila dibiarkan tentu akan sangat membahayakan, bukan hanya pada sekolah yang bersangkutan, melainkan juga masyarakat. Sebab, mereka banyak beraksi di jalanan dalam situasi yang sepi dan jauh dari pantauan petugas. Secara perlahan tapi pasti, geng pelajar harus dibubarkan karena lebih banyak mengundang madharat ketimbang manfaat. (Hudono)