DALAM pekan-pekan terakhir ini Yogya diwarnai aksi kekerasan yang melibatkan remaja berstatus pelajar maupun jebolan pelajar. Polsek Umbulharjo sepertinya punga gawe besar untuk menuntaskan kasus kekerasan yang melibatkan ramaja tersebut. Beberapa hari lalu dua pengendara motor dikeroyok secara brutal oleh geng pelajar.
Korban dibawa ke lapangan SMA Taman Madya Sarjana Wiyata Tamansiswa Tahunan dan dihajar ramai-ramai hingga babak belur. Otak pelaku adalah RA (20), warga Kalangan Umbulharjo. RA merupakan ketua geng yang sedang mencari anggota baru.
Yang menarik, untuk bisa masuk geng tersebut calon anggota harus berani melakukan penganiayaan.
Diduga kasus penganiayaan yang terjadi di Lapangan SMA Taman Madya Tahunan menjadi bagian orientasi merekrut anggota baru, atau semacam Ospek. Mereka menganiaya orang secara acak dengan motif yang tidak jelas. Ironisnya, RA adalah seorang residivis, karena pernah terlibat kasus yang sama namun bebas bersyarat lantaran masih di bawah umur.
Kini RA sudah dewasa dan tak bisa lagi diperlakukan seperti anak-anak. Artinya, sudah sepantasnya RA dihukum penjara. Bahkan dihukum penjara sekalipun, belum tentu dia kapok, karena tidak ada jaminan selepas keluar penjara akan menjadi orang baik.
Atau malah sebaliknya, bila berbaur dengan penjahat, akan lebih mahir melakukan kejahatan. Itulah dilema Lapas kita. Bukannya insyaf malah menjadi-jadi.
Namun, setidaknya, dengan dihukum penjara, pada saat yang sama yang bersangkutan tak bisa melakukan kejahatan. Kalaupun mau melakukan kejahatan lagi, ia harus keluar dulu dari penjara. Itulah residivis seperti RA. Tidak jelas siapa orangtua RA sehingga membiarkan yang bersangkutan berkeliaran menebar teror ke masyarakat.
Nampaknya, sudah saatnya aparat kepolisian bertindak lebih tegas lagi agar pelaku kejahatan, seperti RA, jera dan tidak mengulanginya lagi. Apalagi residivis, atau orang yang pernah melakukan tindak pidana, seharusnya hukumannya diperberat.
Tak kalah menarik, adalah Ospek pagi calon anggota geng, mereka harus melakukan penganiayaan dengan sasaran acak dan tak perlu motif. Tindakan ini sangat berbahaya karena korbannya bisa siapa saja.
Baca Juga: Viral di Medsos, Perempuan Diduga Ditabrak Pacarnya Sendiri Gara-gara Terbakar Cemburu
Polisi harus melakukan antisipasi agar mereka tidak beraksi. Tindak pencegahan harus jadi prioritas utama. Mereka yang sudah diamankan polisi, harus dicecar siapa orangtuanya dan mengapa dibiarkan berkeliaran di jalan bikin onar. Rasanya tidak ada orang tua bangga anaknya menjadi penjahat. (Hudono)