Resep menjaga hati tetap bahagia, di antaranya selalu bersyukur dan tidak membenci

photo author
- Rabu, 27 November 2024 | 06:52 WIB
Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (Dok. Pribadi)
Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Ada beberapa resep menjaga hati tetap bahagia, dan salah satu di antaranya selalu bersyukur dan tidak membenci.

Kebahagiaan seseorang sebenarnya datangnya dari hati dan perasaan orang yang bersangkutan. Hati dan perasaanlah yang dapat menentukan bahagia atau tidaknya seseorang.

Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari-Muslim).

Baca Juga: Pembelajaran coding sebagai kurikulum pilihan akan dimulai dari kelas 4 SD

Agar supaya segumpal daging itu tetap menjadi baik, maka setiap manusia harus senantiasa berikhtiar untuk menjaga dan meneliharanya dengan berbagai cara dan perbuatan. Keberhasilan menata hati inilah yang akan menjadikan seseorang merasakan hidup penuh kebahagiaan.

Di antara hal-hal yang bisa dilakukan untuk “menjaga hati” agar tetap berbahagia di dalam
hidup adalah:

Pertama, tetap bersyukur. Kehidupan di dunia akan jauh terasa lebih menyenangkan dan hati
tetap bahagia jika kita banyak bersyukur atas apapun yang telah Allah karuniakan kepada kita,
sebagaimana firman-Nya: ” Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahi; 14:7).

Kedua, tidak membenci. Jangan sekali-kali membenci seseorang hanya karena dia lebih baik
dan lebih berprestas maupun karena pernah melakukan kesalahan. Walaupun seseorang itu telah
berbuat kesalahan kepadamu, namun sebaiknya tetaplah mendoakan dia untuk berubah dan menjadi baik. Janganlah kebencian itu menjadikan pudarnya persaudaraan sesama muslim.

Baca Juga: Banyak manfaat untuk sepak bola Indonesia terkait pengiriman timnas U-22 plus ke Piala AFF

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat; 49:10).

Ketiga, tidak berkeluh kesah. Orang-orang yang beriman janganlah mudah berkeluh kesah
atas segala sesuatu yang menimpanya, karena apa yang kita alami adalah sebuah proses yang kita lalui, agar menjadi lebih dewasa dalam banyak hal, sebaliknya perbanyaklah berdoa kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran, 3:200).

Selain itu, Allah SWT juga berjanji akan memberikan pahala yang besar kepada mereka
yang bersabar dan tidak berkeluh kesah, sebagaimana firman-Nya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqara;, 2:155).

Baca Juga: Tak Sesali Perceraian, Begini Cerita Paula Verhoeven yang Akui Baim Wong Sebagai Sosok Panutan dalam Hidupnya

Keempat, berprasangka baik (positive thinking). Senantiasa berpikir positif meskipun kerap
ditimpa musibah karena dari setiap persoalan kita dapat merasakan bahwa Allah tidak pernah
memberi cobaan melebihi kekuatan kita, sebagaimana fiman-Nya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah, 2:286).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X