HARIAN MERAPI - Hari Anak Nasional (HAN) yang dirayakan setiap tanggal 23 Juli merupakan momentum penting untuk mengampanyekan pemenuhan hak anak atas hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hari Anak Nasional juga merupakan momen hari istimewa untuk melindungi serta membina anak dan generasi muda sebagai penerus bangsa, termasuk untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus/disabilitas.
Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak
berkelainan/disabilitas yang secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan bulan Juni 1994 bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah:
Baca Juga: KKN PPM Angkatan 45 UMBY terbagi menjadi 109 kelompok dan ada 4 jenis KKN PPM, apa saja?
selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan apapun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback mengemukakan
bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampun dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil.
Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Baca Juga: Lestarikan Sungai dengan Kearifan Lokal Melalui Winongo Jogja River Festival, Ini Rangkaian Acaranya
Selanjutnya, Staub dan Peck mengemukakan bahwa pendidikan inklusi adalah penempatan anak
berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas regular.
Hal ini menunjukkan bahwa kelas regular merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan/difabilitas dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Baca Juga: Kenapa generasi milenial sangat meminati mobil bekas? Ternyata ini jawabannya...
Sementara itu, Sapon-Shevin menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya.