HARIAN MERAPI - Lingkungan keluarga yang salah adalah faktor pembentuk utama perilaku agresif, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh seorang anak atau remaja adalah di rumah.
Keluarga menjadi bagian penting dalam pembentukan dan perkembangan seorang anak. Sebagian besar perilaku agresif remaja dikarenakan kurangnya perhatian orang tua.
Tidak diragukan lagi, orang tua yang tidak peduli akan pendidikan anak-anaknya akan menyodorkan pribadi-pribadi yang rusak pendidikannya dalam masyarakat.
Baca Juga: Dikunjungi Menparekraf, Krebet masuk nominasi 50 desa wisata terbaik di Indonesia
Broken home adalah istilah yang merujuk pada keluarga yang tidak lagi hidup harmonis
akibat berbagai alasan seperti perceraian orang tua, kematian salah satu atau kedua orang tua, atau perpisahan yang lainnya.
Ketidakharmonisan itu akibat dari kurangnya kasih sayang orang tua terhadap anak, jauh dari Tuhan, tidak lekatnya hubungan antara anak dan orang tua, serta ketidak dewasaan orag tua yang berselisih di depan anak yang akhirnya berakhir dengan perceraian.
Merasa kurang mendapatkan perhatian, anak-anak dan remaja menunjukkan sikap yang
melanggar norma-norma sosial dan kemasyarakatan dengan harapan orang tua disibukkan mengurusi ulahnya yang destruktif.
Sebaliknya, lingkungan keluarga yang kondusif dapat membentuk seorang anak dapat menerima setiap perbedaan yang terjadi dan mampu menggunakan cara-cara non agresif ketika menghadapi suatu permasalahan.
Baca Juga: Soal pengganti Hasyim Asy'ari sebagai Ketua KPU, DPR masih tunggu surpres
Tetapi sebaliknya, pembiaran dan pemakaian cara-cara agresif di lingkungan keluarga akan menjadikan seorang anak menjadi agresif ketika berhubungan atau menjalin kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar.
Konflik keluarga, perceraian orang tua, sejarah keluarga tentang perilaku bermasalah seperti
narkoba atau kecanduan alkohol, keterlibatan orang tua dalam narkoba atau kriminalitas, sikap orang tua yang memaklumi/toleran terhadap perilaku bermasalah, keluarga besar dan orang tua yang terlalu muda, kehilangan hak sosial dan ekonomi, keluarga berpenghasilan rendah dan perumahan kumuh merupakan kondisi keluarga yang dapat menumbuhkan perilaku agresif anak-anak dan remaja.
Banyak sekali kondisi keluarga yang memicu munculnya perilaku agresif anak, di antaranya:
(1) perceraian dan perpisahan, (b) keluarga yang tidak fungsional, dan (3) perlakuan dan pengasuhan.
Perceraian dan perpisahan karena berbagai sebab antara anak orang tuanya menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian. Banyak studi dilakukan untuk memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota keluarga khususnya bagi anak.
Baca Juga: Salatiga Miliki Rumah Sakit Islam, Yasip: Berobat Sesuai Syariat Agama Islam
Kesimpulan umum yang dapat dipetik bahwa perceraian dan perpisahan dapat berakibat buruk bagi perkembangan kepribadian anak.