Are You Happy?

photo author
- Jumat, 17 Mei 2024 | 16:40 WIB
Prof  Dr Sudjito SH MSi (Dok Pribadi)
Prof Dr Sudjito SH MSi (Dok Pribadi)

Baca Juga: Ternyata, pijat urut tak sembuhkan urat yang robek akibat keseleo, ini sebabnya menurut dokter

Kasus-kasus terurai di atas, mengingatkan saya pada dialog seorang mantan mahasiswa dengan Bu Dosen, pada jamuan makan malam. Di sela makan-minum, Bu Dosen bertanya tentang profesi, karier, dan berbagai hal pasca lulus dari kampus. Mantan mahasiswa pun dengan ceria menceritakannya.

Atas ilmu yang diberikan, dia berterima kasih. Dia sudah bekerja di Direktorat Jenderal Besa dan Cukai (DJBC) Kemenkeu. “Selamat ya. Semoga kariermu lancar. Kalau boleh tahu, berapa gajimu? Sudah cukupkah untuk hidup berkeluarga di Jakarta?” tanya Bu Dosen.

Diceritakannya: “Gajinya, sesuai standar pegawai negeri. Kalau sekedar dari gaji, jelas gak cukup Bu. Tetapi, di luar gaji, banyak penghasilan lain. Banyak orang minta tolong untuk urusannya. Dia pasti memberikan amplop. Tiap hari. Jumlahnya bisa jutaan rupiah. Jauh lebih besar dari gaji. Dari sanalah, kebutuhan-kebutuhan hidup dapat saya penuhi.”

Bu Dosen, tiba-tiba berhenti makan. Raut wajahnya tidak ceria lagi. “Boleh saya bertanya Mas? Penghasilanmu banyak. Mobil, rumah, dan kebutuhan lain sudah terbeli. Are you happy?”

Baca Juga: Jelang Pilgub Jateng 2024, Sudaryono Blusukan Pasar Jungke Karanganyar, Borong Dagangan Sambil Kenalkan Cagub Jateng

Tidak ada jawaban. Dalam kebingungan, mantan mahasiswa itu hanya tersenyum kecut. Suasana ramah dan ceria pun berubah menjadi kagok, canggung, serba-salah. Bu Dosen berusaha menetralkannya, dengan kata-kata bijak. “Sebelum kita berpisah, tolong pertanyaan saya tadi, are you happy, Saudara renungkan. Insya Allah Tuhan membimbingmu”.

Beberapa tahun berselang, kedua insan itu bertemu lagi. Mantan mahasiswa dengan cepat menghampiri, dan meminta waktu untuk bertemu. Bu Dosen mempersilahkannya.

“Maaf Bu, saya sudah keluar dari DJBC Kemenkeu. Keluar karena saya ingin happy. Permintaan Ibu untuk merenungkan pertanyaan ‘are you happy?’, benar-benar membuka tabir fatamorgana, dan mendorongku berbalik arah, kembali di jalan yang benar. Saya sekarang membuka usaha. Mandiri. Penghasilannya kecil. Alhamdulillah cukup untuk hidup. Dan saya very happy, very happy, very happy.” Ibu Dosen pun tersenyum, tertegun, gembira. Dipeluk erat-erat. “Terimakasih atas pertanyaannya. Sungguh. Ibu adalah dosen dan guru sejati”, katanya.

Direfleksikan pada ranah spiritual-religius, happy adalah perasaan senang, gembira, bahagia. Manusia kerap kali menyandarkan kebahagiaannya pada uang, benda-benda, tempat bekerja, kolega, keluarga, ataupun hal-hal duniawi lain. Padahal, itu semua hanya fatamorgana. Hanya semu. Kebahagiaan sejati adanya di kalbu. Hati-nurani yang bening, suci, bersih, dari noda dan dosa.

Kebalikan dari kebahagiaan adalah penderitaan. DJBC Kemenkeu, dan lembaga-lembaga lain terkorup, merupakan sumber penderitaan bangsa. Di situ, kebobrokan birokrasi berkelindan dengan perilaku korup.

Baca Juga: Ini budaya olahraga di Indonesia yang perlu diubah, berikut alasannya

Seorang pegawai DJBC junior, dengan asupan satu pertanyaan ‘are you happy?” bisa tersadarkan ketersesatannya. Segera kembali ke jalan kebenaran. Untuk 3 oknum pejabat di atas, kata bijak macam apa yang perlu disampaikan kepadanya, agar tersadar dan kembali ke jalan lurus?

Bangsa ini akan happy, bila jiwa-raga personalianya, sistemnya, dan aturan hukum pada berbagai lembaga negara itu dibenahi. Langkah pencegahan dilakukan melalui pendidikan moralitas-religius. Kepada semua pegawai dan pejabatnya. Sejak dini dan sepanjang waktu. Langkah penindakan, berupa sikap tegas, berani, tak pandang bulu. Perlu dilakukan terhadap siapa pun terlibat kasus gratifikasi, korupsi, TPPU, dan kejahatan lainnya.

Wallah’alam. Salam Pancasila. Sehat. Bahagia.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X