HARIAN MERAPI - Dalam agama Islam, seorang anak memiliki kedudukan yang istimewa bagi kedua orang tuanya.
Kedudukan yang istimewa itu menjadi ikatan yang kuat dari keduanya, apakah ikatannya baik atau buruk merupakan hasil dari interaksi antara anak dan orang tuanya.
Dalam Al-Quran Surat At-Tahrim (66) ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat ini menyiratkan tanggung jawab yang sangat besar orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak supaya memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di dalam Kitab Suci Al-Quran disebutkan ada empat macam kedudukan anak dalam
hubungannya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup orangtua.
Pertama, anak sebagai “ziinatun” (perhiasan). Firman Allah SWT: “Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi; 18:46).
Ziinatun yang dimaksud adalah bahwa orang tua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai capaian prestasi dan kesuksesan duniawi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik pula namanya di dunia, ataupun anak bisa sebagai pembawa rasa senang dan menjadikan kehidupan berkeluarga semakin menyenangkan.
Baca Juga: Manfaat olahraga 'kekinian' tidak sekadar gaya hidup, tapi bisa jadi investasi kesehatan
Kedua, anak sebagai “qurrota a’yun” (penyejuk hati). Allah SWT berfirman: “Dan orang
orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam/pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan; 25:74).
Qurrota a’yun atau penyejuk hati kedua orang tua atau menyejukkan pandangan mata orang tua karena mereka mempelajari tuntunan Allah dengan tekun lalu mengamalkannya dengan mengharap ridha Allah SWT semata.
Ini kedudukan anak yang terbaik yaitu manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukkan mata kedua orang tuanya, dan merupakan dambaan setiap orang.
Ketiga, anak sebagai “fitnah” (ujian dan cobaan), yang ditegaskan Allah SWT: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun; 64:15).
Baca Juga: Inilah obat baru untuk anemia bagi pasien penyakit ginjal kronik
Makna anak sebagai “fitnah” adalah ujian yang bisa memalingkan orang tua dari ketaatan atau terjerumus dalam perbuatan maksiat. Ia merupakan amanah yang akan menguji setiap orang tua, jangan sampai orang tua terlena dan tertipu sehingga melanggar perintah Allah.