Nur Iswantara pada kesempatan tersebut menyumbangkan puisi berjudul, Kampung Satwa Kerajaan Animalia dan Sekolah Ekologi. Saat membaca puisi diiringi gitar oleh Yoyok dari Sanggar Bambu Jogja.
“Saya membuat puisi ini setelah sampai di sini. Selesainya tidak ada satu jam, sambil duduk-duduk santai mengikuti tahapan rangkaian acara,” paparnya.
Adapun cuplikan puisi karya Nur Iswantara tersebut, sebagai berikut:
Kampung suatu daerah tertentu/Ada beberapa rumah keluarga/ Menjadikan bertempat tinggal/Penuh kebersamaan nyaman/Usaha hidupi seni seni hidup/ Niatkan memaknai ayat Allah/Gairahkan majukan peradapan.../
Satwa organisme eukarotik/Air multiseluler membentuk/Tingkatan kerajaan animalia/ Wahana mendidik manusia/ Ada sekolah ekologi berguna....//
Baca Juga: Dikeroyok hingga giginya copot, sopir tambang pasir lereng Merapi siap tempuh jalur hukum
Triyono yang juga dari Sanggar Bambu Jogja juga menyumbangkan puisi berjudul Serakah. Puisi terkait lingkungan hidup tersebut diciptakannya sehari sebelum hadir ke Kampung Satwa.
“Puisi saya tulis tangan saja dalam satu lembar kertas. Saya sudah biasa membaca puisi karya saya sendiri dan diiringi gitar oleh Yoyok,” jelas Tri yang tinggal di Seyegan, Sleman.*