HARIAN MERAPI – Terciptanya suatu karya seni tari biasa melalui beragam tahapan alias tak hanya butuh waktu singkat.
Artinya pula, di balik seni tari klasik maupun kreasi baru ada nilai-nilai pendidikan tersendiri.
Hal ini diyakini pula oleh pendiri Sanggar Tari Atika Wulan Ndaru asal Playen Gunungkidul, Daryati (Atik).
Baca Juga: Korban Dugaan Pelecehan Seksual oleh Ketua KPU RI Juga Minta Perlindungan ke LPSK
Bahkan ketika membaca berbagai sumber, nilai-nilai pendidikan ataupun keutamaan dari tari-tari klasik gaya Jogja sudah banyak dikupas.
“Demikian juga tari-tari kreasi baru, sebagian koreografernya biasa menjelaskan latar belakang, makna serta nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tari karya masing-masing,” ungkap Atik, belum lama ini.
Sebagai contoh, tari kreasi baru karyanya, yakni Tari Tambir Manis.
Nilai pendidikan atau edukasinya, seperti lebih mengenalkan alat rumah tangga tradisional kepada anak-anak/generasi penerus.
Baca Juga: Modus penipuan bantuan, nama Wakil Bupati Sukoharjo Agus Santosa dicatut
“Tambir terbuat dari anyaman bambu fungsinya serbaguna, seperti untuk menempatkan wadah aneka makanan tradisional. Bahkan bisa untuk menaruh nasi agar cepat dingin,” jelasnya.
Ukuran tambir pun cukup beragam, mulai kecil, tanggung dan besar.
Jika yang ukuran besar untuk menempatkan nasi dengan sayur gudangan dan lauk-pauk bisa pula untuk makan bersama (dahar kembul).
Artinya pula wadah yang tampak sederhana tersebut bisa untuk memupuk rasa kebersamaan.