Peristiwa itu terjadi sesaat setelah pelantikannya sebagai Sultan. Setelah melakukan perundingan yang alot terkait kontrak politik yang banyak menguntungkan pihak Belanda begitu kisah KPH Notonagoro, Sultan HB IX mendapat bisikan yang meminta Sultan HB IX untuk menandatangani kontrak politik itu, karena tidak lama lagi Belanda akan semingkir dari Yogyakarta.
Baca Juga: Apakah Diabetes Melitus atau kencing manis bisa sembuh, ini jawaban dokter Andi Khomeini
"Jadi kalau kita tarik mundur sebelum peristiwa 5 September, Sultan HB IX sudah mendapatkan wisik ketika harus menandatangani kontrak politik dengan Belanda," urain KPH Notonagoro.
KPH Kusumoparastho menyebutkan, penandatanganan Amanat 5 September oleh PA VIII lebih merupakan hasil dari proses intelektual dari para kerabat Kadipaten Pakualaman yang ditanamkan sejak Paku Alam V bertahta.
Karena kondisi ekonomi yang sulit sehingga PA V banyak mengirim para pangeran untuk sekolah dan belajar ke luar dari Pura Pakualaman.
"Dari sinilah pencerahan akan kebangsaan yang kemudian oleh PA VIII ditangkap sebagai momentum tepat ketika paska proklamasi itu digaungkan," ucap Kangjeng Kusumo begitu biasa disapa.
Baca Juga: Kasus polisi tembak polisi, Kapolsek Way Pengubuan Lampung dicopot, ini peristiwanya
Kadipaten Pakulaman merupakan pewaris Mataram Islam yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah. Sehingga untuk dapat tetap eksis harus memanfaatkan sumber daya manusianya secara optimal.
Dan itu kemudian diwujudkan oleh PA V yang hingga saat PA VIII bertahta kemudian menentukan sikap politiknya dengan bergabung kepada NKRI yang baru saja berdiri. *