budaya

23 Perempuan Penggurit asal Jogja, Jateng dan Jatim akan Tampil di Sastra Bulan Purnama Edisi ke-160

Kamis, 23 Januari 2025 | 09:00 WIB
Nela Nur Murosokhah asal Temanggung siap hadir dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-160 di Jogja. (Foto: Dok. SBP)

HARIAN MERAPI - Kegiatan bertajuk Sastra Bulan Purnama edisi ke-160 akan dilaksanakan di kompleks Museum Sandi Jalan Faridan M Noto, Kotabaru, Jogja, Sabtu (25/1/2025) mendatang.

Sastra Bulan Purnama pada edisi tersebut akan menampilkan pembacaan geguritan (puisi berbahasa Jawa) karya perempuan penggurit asal Jogja, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rencananya, 23 perempuan penggurit siap membaca karya geguritan.

Menurut Koordinator Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro, geguritan yang akan dibaca oleh 23 perempuan penggurit terdapat dalam buku kumpulan geguritan berjudul, Kinanthi Gurit Pawestri.’ Pembacaan akan dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir sekitar pukul 18.00 WIB.

Baca Juga: Lampion Shio Semarakkan Imlek 2025 di Kota Solo, Ada Pesta Kembang Api dengan Durasi 30 Menit

“Kami merasa senang, cukup banyak perempuan penggurit yang terus berkarya, dan antusias hadir pula ketika diundang tampil untuk membaca karya geguritan,” ungkap Ons, baru-baru ini.

Sebagian perempuan penggurit, sebutnya, mampu mempublikasikan karya masing-masing, misalnya melalui buku antologi geguritan. Bahkan, ada pula sebagian karya mereka dapat dipublikasikan di media massa cetak, lebih khusus media berbahasa Jawa.

Adapun profesi utama para perempuan penggurit, antara lain ada ASN, ibu rumah tangga, wirausaha, jurnalis, dosen, guru dan lainnya. Namun, mereka mampu pula menerjuni aktivitas menulis sastra, misalnya geguritan.

Baca Juga: Kenapa kereta tanpa transit tak beroperasi saat Lebaran 2025, begini jawaban Dirut KAI....

“Karya sastra Jawa seperti geguritan memang hanya bisa dibaca oleh orang yang mengenali dan bisa berbahasa Jawa. Sehingga kelompok masyarakat di luar Jawa, banyak yang tak bisa memahami geguritan,” terangnya.

Ditambahkan Ons, sebagai ruang bersama, Sastra Bulan Purnama yang juga biasa disingkat SBP memberi ruang pada sastra Jawa untuk tampil, misalnya membaca geguritan. Suatu hal membanggakan pula, semangat menulis tak surut ditengah minimnya media cetak.

“Saya senang melihat para perempuan terus berkarya dan memilih Bahasa Ibu, dalam hal ini Bahasa Jawa, sebagai bahasa untuk berekspresi. Dari eksisnya geguritan, kita bisa tahu,

Bahasa Jawa masih terus dijaga termasuk oleh generasi muda,” tegasnya.

Baca Juga: Presiden Prabowo Terlihat Serius Catat Pesan dari Emil Salim

Masih menurut Ons Untoro, Sastra Bulan Purnama sudah berjalan lebih dari 13 tahun, dan sudah beberapa kali memberi ruang sastra Jawa untuk tampil. Karena baginya, Sastra Bulan Purnama,

tak hanya untuk sastra Indonesia, melainkan terbuka untuk karya sastra yang menggunakan bahasa lokal.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB